Warga Mongolia Dilarang Makan Hewan Marmot Setelah Muncul Wabah Pes di China
Sejumlah laporan mengatakan seorang pasien dengan penyakit pes di kota Bayannur sedang dikarantina dan dalam kondisi stabil.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang di China meningkatkan tindakan pencegahan setelah sebuah kota di wilayah otonomi Mongolia mengkonfirmasi satu kasus wabah pes.
Sejumlah laporan mengatakan seorang pasien dengan penyakit pes di kota Bayannur sedang dikarantina dan dalam kondisi stabil.
Pasien itu bekerja sebagai gembala.
Sejauh ini pemerintah setempat sudah mengeluarkan peringatan level tiga.
Baca: Soal Kalung Antivirus Corona, Menteri Kesehatan Terawan: Kalau Membuat Psikologis Percaya, Imun Naik
Baca: 239 Ilmuwan Klaim Virus Corona Bersifat Airbone, Mampu Menular Lewat Udara
Wabah pes, yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dapat mematikan. Namun bisa diobati dengan antibiotik yang tersedia secara umum.
Kasus baru penyakit ini pertama kali dilaporkan pada Sabtu lalu di sebuah rumah sakit di wilayah Banner Tengah Urad, yaitu di kota Bayannur.
Si pasien dicurigai terinfeksi bakteri tersebut, namun belum jelas bagaimana atau mengapa pasien kemungkinan terinfeksi.
Peringatan level tiga ditetapkan di wilayah itu, yang berarti masyarakat dilarang berburu dan memakan hewan yang dapat membawa bakteri pes.
Masyarakat juga diminta melapor kepada otoritas terkait jika ada kasus yang dicurigai terpapar pes.
Mematikan, tapi bisa diobati
Kasus-kasus wabah pes atau bubonik – juga dikenal dengan istilah Maut Hitam (The Black Death) – telah dilaporkan secara berkala di seluruh dunia.
Negara Madagaskar di Afrika menghadapi lebih dari 300 kasus selama wabah pada 2017.
Pada Mei tahun lalu, dua orang di Mongolia, China, meninggal karena terpapar pes, setelah mengonsumsi daging mentah hewan marmot — sejenis tikus.