Koronavir, Obat Buatan Rusia yang Diklaim sebagai Obat Virus Corona Pertama di Dunia
R-Pharm sebut Koronavir merupakan salah satu obat pertama di dunia yang tidak melawan komplikasi dari SARS-CoV-2, tetapi secara langsung virus.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Rusia merilis obat Koronavir untuk pengobatan virus corona.
Kabar ini dipublikasikan oleh R-Pharm pada Rabu (15/7/2020) kemarin.
Mengutip dari kantor berita Rusia tass.com, perusahaan R-Pharm mencatat, Koronavir itu diproduksi dan diberi label di pabriknya di Kota Yaroslavl.
"Hingga saat ini 7.373 paket obat telah didistribusikan dalam sirkulasi sipil," ungkap pernyataan R-Pharm.
Baca: Dampak Perubahan Demografi, Ekonomi Indonesia Bisa Kalahkan Rusia dan Italia pada Tahun 2100
Baca: Rusia Rilis Obat Covid-19, Koronavir, Diklaim Mampu Melawan Langsung Virus Corona
"Koronavir merupakan salah satu obat pertama di dunia yang tidak melawan komplikasi dari SARS-CoV-2, tetapi secara langsung virus itu sendiri," R-Pharm menekankan.
Menurut R-Pharm, Koronavir secara efektif memblokir replikasi virus yang terbukti selama tes klinis.
"Pabrikan Rusia menandai obatnya dengan kode digital Data Matrix," ungkap pejabat terkait.
"Pelabelan merupakan analog dari paspor obat, itu menjamin keasliannya dan memungkinkan Anda melacak pergerakan setiap paket," tambahnya.
"Dari produksi ke pengiriman ke fasilitas medis. Keaslian dapat diperiksa menggunakan aplikasi seluler Chestny Znak," terangnya.
Baca: Rusia Bikin Kapal Pemecah Es Bertenaga Nuklir Terbesar dan Terkuat di Dunia untuk Arungi Laut Arktik
Baca: Reaksi AS, Rusia, Hamas hingga Yunani atas Diubahnya Hagia Sophia Jadi Masjid
Pelabelan Wajib Sejak 1 Juli
Di bawah dekrit pemerintah, pelabelan obat wajib di Rusia sejak 1 Juli.
R-Pharm Group berfokus pada penelitian, pengembangan, pembuatan dan komersialisasi obat-obatan.
Selain itu, R-Pharm juga berfokus pada peralatan laboratorium, dan perangkat medis.
Perusahaan R-Pharm didirikan pada 2001 dan beroperasi di Rusia, serta negara-negara CIS, AS, Jerman, Jepang, serta negara-negara lain.
*WHO belum merekomendasikan obat atau vaksin apa pun untuk mengobati Covid-19. Penelitian lebih lanjut masih dikembangkan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)