Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Video Kampanye Donald Trump Pakai Lagu Linkin Park Dihapus Twitter, Ini Penyebabnya

"Media ini telah dinonaktifkan sebagai tanggapan atas laporan dari pemilik hak cipta," tulis Twitter

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Video Kampanye Donald Trump Pakai Lagu Linkin Park Dihapus Twitter, Ini Penyebabnya
Drew Angerer / Getty Images / AFP
WASHINGTON, DC - 14 JULI: Presiden AS Donald Trump berbicara kepada media di Rose Garden di Gedung Putih pada 14 Juli 2020 di Washington, DC. Presiden Trump berbicara tentang beberapa topik termasuk kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden, pasar saham dan hubungan dengan China ketika coronavirus terus menyebar di AS, dengan hampir 3,4 juta kasus yang dikonfirmasi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Twitter kembali menghapus video kampanye Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang di-retweet pada Sabtu (18/7/2020) waktu setempat.

Penghapusan video tersebut karena persoalan Hak Cipta.

Baca: FBI Turun Tangan Selidiki Peretasan Banyak Akun Pesohor Dunia di Twitter

Video, yang memakai musik dari Linkin Park, menghilang tiba-tiba dari akun Twitter Presiden pada Sabtu (18/7/2020), dengan adanya pemberitahuan.

"Media ini telah dinonaktifkan sebagai tanggapan atas laporan dari pemilik hak cipta," tulis Twitter, seperti dilansir Reuters, Minggu (19/7/2020).

Twitter menghapus video, yang di-retweet Trump dari Direktur media sosial Gedung Putih, Dan Scavino, setelah menerima pemeritahuan Digital Millennium Copyright Act dari Machine Shop Entertainment.

Machine Shop adalah sebuah perusahaan manajemen yang membidani band rock Linkin Park.

Berita Rekomendasi

"Kami menanggapi keluhan hak cipta yang valid yang dikirimkan kepada kami oleh pemilik hak cipta atau perwakilan resminya," kata perwakilan Twitter dalam pernyataan email.

Gedung Putih tidak segera menanggapi hal itu.

Twitter mulai mempermasalahkan tweet Trump pada Mei 2020,  hingga berulang kali terjadi.

Perusahaan media sosial itu telah beberapa kali menghapus atau berkomentar pada kicauan Trump, karena bermasalah dengan hak cipta atau pelanggaran kebijakan terhadap ancaman kekerasan.

Twitter Hapus Gambar Postingan Trump Karena Langgar Hak Cipta

Twitter Inc menghapus gambar unggahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 30 Juni setelah menerima laporan dari New York Times sebagai pemegang hak cipta.

Di kicauan Trump itu, Twitter sekarang menampilkan pesan "gambar ini telah dihapus sebagai tanggapan terhadap laporan dari pemegang hak cipta.

Situs Berita Axios melaporkan kicauan Trump telah dihapus setelah keluhan hak cipta dari New York Times, yang memiliki hak atas foto.

Gambar unggahan Trump adalah hasil jepretan  Damon Winter untuk New York Times pada 2015 lalu.

Bukan baru kali ini. Sebelum ini Twitter juga menghapus video kampanye penghargaan Presiden AS Donald Trump  kepada warga kulit hitam George Floyd dari platformnya, setelah ada keluhan hak cipta.

Video, yang merupakan kumpulan dari foto dan video dari aksi unjuk rasa damai memprotes  kematian Floyd, dan suara Trump terdengar.

Kematian Floyd minggu lalu, setelah ditangkap dan ditindih lehernya oleh  seorang petugas polisi kulit putih telah memicu gelombang protes nasional di AS. 

Secara luas beredar cuplikan video, ketika seorang petugas polisi kulit putih terlihat berlutut di leher Floyd. Sementara Floyd terengah-engah untuk bernafas dan berulang kali mengerang, "Aku tidak bisa bernapas," sebelum meninggal.

Twitter mengatakan video di akun kampanye presiden Trump itu melanggar kebijakan hak cipta.

"Kami menanggapi keluhan hak cipta yang valid yang dikirimkan kepada kami oleh pemilik hak cipta atau perwakilan resminya," kata perwakilan Twitter, seperti dilansir Reuters, Jumat (5/6/2020).

Video tiga menit 45 detik yang diunggah di saluran YouTube Trump telah di-Tweet oleh akun kampanyenya pada tanggal 3 Juni lalu.

Video  yang masih di YouTube, telah mengumpulkan lebih 60.000 penonton dan 13 ribu like.

Jauh sebelum itu, Twitter menilai kicauan  Trump yang megancam  akan mengambil langkah penembakan dalam menanggapi kerusuhan sipil di Minneapolis, melanggar aturan perusahaan.

Twitter menilai, kicauan Trump tersebut sebagai bentuk glorifikasi terhadap kekerasan.  

"Tweet ini melanggar peraturan Twitter tentang glorifikasi terhadap kekerasan," kata perusahaan dalam teks yang sekarang menyertai Tweet Trump tersebut, seperti dilansir CNBC dan Axios, Jumat (29/5/2020).  

"Namun, Twitter memutuskan, untuk kepentingan publik, kicauan itu masih tetap dapat diakses."

Penilaian Twitter itu dimuat dalam sebuah disclaimer dalam kicauan Trump.

Keputusan untuk memberi label pada kicauan Trump dibuat oleh tim, setelah Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif yang menghapus perlindungan hukum kepada situs media sosial, termasuk Twitter

Cuitan Trump ini menyikapi hari ketiga kerusuhan terkait protes warga atas pembunuhan warga kulit hitam, George Floyd di Minneapolis, oleh petugas polisi.

Trump menulis, "para pereman ini tidak menghormati kenangan atas George Floyd, dan saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi."

"Saya sempat berbicara dengan Gubernur Minnesota Tim Walz dan mengatakan kepadany, militer akan bersamanya selalu. Kesulitan apa pun dan kami akan mengambil kendali tetapi ketika penjarahan dimulai, maka penembakan terjadi. Terima kasih!" tegas Trump dalam kicauannya di Twitter.

Trump Terbitkan Perintah Eksekutif  

Trump menandatangani perintah eksekutif terkait perusahaan media sosial Twitter, pada Kamis (28/5/2020).

Perintah eksekutif itu sebagai buntut dari pertikaiannya dengan Twitter, setelah dua kicauannya diberi label cek fakta.

Dalam perintah eksekutif itu, Trump menghapus perlindungan atau kekebelan hukum dari perusahaan media sosial, seperti Twitter dan Facebook.

Itu berarti, kini Twitter dan Facebook bisa dituntut secara hukum atas konten yang diposting oleh jutaan pengguna mereka.

Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih ia bertindak karena perusahaan media sosial itu  "memiliki kekuatan yang tidak terbatas untuk menyensor, membatasi, mengedit, membentuk, menyembunyikan, mengubah bentuk komunikasi antara warga atau publik."

 "Kita tidak bisa membiarkan ini terus terjadi," kata Trump.

Langkah ini datang sehari setelah kemarahannya atas langkah platform Twitter  untuk pertama kalinya memberi label cek fakta untuk dua cuitannya terkait topik Surat Suara di pemilu AS 2020.

"Pada kesempatan itu, Twitter berhenti menjadi platform publik yang netral dan mereka menjadi editor dengan sudut pandang," ujar Trump.

'Dan saya pikir kita dapat mengatakan itu pada platform lain juga, 'apakah Anda juga melihat itu di Google, apakah melihat itu Facebook, mungkin yang lain."

Pada Selasa (26/5/2020), Twitter menilai kicauan Trump tidak berdasar, bahkan sesat. 

Trump menuduh, perusahaan media sosial itu telah ikut campur dalam pemilihan Presiden 2020. 

"Twitter benar-benar mengekang kebebasan berbicara, dan saya, sebagai Presiden, tidak akan membiarkan itu terjadi," tulis Trump di akun Twitternya,  seperti dilansir Reuters, Rabu (27/5/2020).

Dalam cuitannya sebelumnya, Trump menuding, pemungutan suara melalui surat suara yang dikirimkan via pos akan menyebabkan manipulasi pemilih dan "kecurangan Pemilu". 

Facebook Hapus iklan Kampanye Trump Karena Pakai Simbol yang Pernah Dipakai  Nazi

Facebook menghapus iklan kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Kamis (18/6/2020).

Iklan kampanye Trump menampilkan simbol segitiga merah terbalik--simbol yang pernah digunakan oleh Nazi untuk menunjuk tahanan politik, di kamp konsentrasi.

Raksasa media sosial ini mengatakan dalam sebuah pernyataan Kamis (18/6/2020), bahwa iklan kampanye Trump melanggar "kebijakan kami terhadap kebencian terorganisir."

Kepala Kebijakan Keamanan Facebook, Nathaniel Gleicher

menegaskan, perusahaan tidak mengizinkan simbol ideologi kebencian.

"Kami tidak mengizinkannya di platform dan kami menghapusnya. Itulah yang kita lihat dalam hal ini dengan iklan ini, dan di mana saja simbol itu digunakan, kita akan mengambil tindakan yang sama," jelas Nathaniel Gleicher, kepada anggota parlemen.

Iklan itu diposting pada halaman kampanye Trump dan Wakil Presiden Mike Pence. Selama 24 jam iklan itu sempat ada di laman Facebook kampanye Trump, sebelum dihapus.

Kampanye Trump menghabiskan lebih dari 17.000 dolar AS untuk iklan.

Iklan mulai berjalan pada Rabu (17/6/2020). 

Dalam sebuah pernyataan, Direktur komunikasi tim kampanye Trump Murtaugh mengatakan segitiga merah terbalik adalah simbol yang biasa digunakan oleh kelompok Antifa.

 Dia mengatakan simbol itu tidak masuk dalam database dari simbol kebencian. 

Karena itu ia binggung dengan langkah Facebook hanya menarget simbol itu ketika dipakai iklan kampanye Trump.

Beberapa ahli membantah, segitiga merah umumnya digunakan sebagai simbol Antifa.

Baca: Buku Aib Donald Trump Pecahkan Rekor Penjualan

ADL mengatakan simbol segitiga tidak masuk dalam database karena itu adalah simbol sejarah.  Database hanya mencakup simbol yang digunakan oleh ekstrimis zaman modern dan supremasi kulit putih.

"Apakah sadar akan sejarah tim kampanye Trump untuk menggunakan simbol- yang praktis identik dengan yang digunakan oleh rezim Nazi untuk mengklasifikasikan tahanan politik di kamp konsentrasi-untuk menyerang lawan-lawannya adalah ofensif dan sangat mengganggu," kata Chief Executive Officer ADL Jonathan Greenblatt dalam sebuah pernyataan. (Reuters/CNBC/Axios/Daily Beast/Anadolu Agency/AP/AFP/Channel News Asia/BBC)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas