Presiden AS Donald Trump Desak Pilpres November Ditunda
Konstitusi AS tidak memberikan wewenang Presiden menunda pemilihan presiden. Kongres memiliki wewenang penuh menentukan waktu pemilihan
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, TEXAS - Presiden AS Donald Trump menyarankan Pemilihan Presiden 3 November 2020 harus ditunda untuk mencegah kecurangan akibat pemungutan suara melalui surat.
Lewat akun Twitternya, Kamis (30/7/2020), Trump menyebut pemungutan suara lewat surat akan menyebabkan "pemilihan yang paling tidak akurat dan curang" dalam sejarah AS.
"Ini akan sangat memalukan bagi AS. Menunda pemilihan sampai orang dapat memilih dengan tepat, aman dan aman," tulis Trump dikutip Sputniknews.com dari akun Twitternya.
Desakan ini merupakan serangan terkuat Trump pada sistem pemilihan jarak jauh, yang digunakan di AS untuk mencegah dampak lebih luas pandemi coronavirus.
Seruan Trump ini bukan kali pertama. Ia beberapa kali melontarkan keberatannya mekanisme pemunguutan suara lewat surat.
Namun Trump tidak pernah menyodorkan bukti apapaun, pemungutan suara melalui surat akan mengundang kecurangan, penipuan dan merusak peluang dirinya terilih kembali.
Trump mengklaim pekan lalu, pemerintah asing akan memalsukan "jutaan" surat suara yang dikirim ke warga dan dikembalikan ke panitia pemungutan suara.
Jaksa Agung William Barr, sekutu dekat Trump, melontarkan teori yang sama bulan lalu.
Kepada Komite Kehakiman DPR, ia menegaskan akal sehat mengatakan pihak asing akan mencoba melakukan intervensi.
Barr juga tidak menyodorkan bukti apapun, yang menunjukkan negara-negara asing dapat dengan sukses mencurangi pemilihan AS dengan surat suara palsu.
Stasiun televisi CNN juga menyiarkan pernyataan Trump ini. Namun CNN menekankan, Trump tidak memiliki wewenang menunda pemilihan.
Konstitusi memberi Kongres kekuatan untuk menetapkan tanggal pemilihan. Pernyataan Trump ini muncul 96 hari sebelum pemilihan.
Langkah eksplisit Trump ini juga dilakukan beberapa menit setelah pemerintah federal melaporkan kontraksi ekonomi terburuk dalam sejarah Amerika.
Trump sebelumnya telah berulang kali membangkitkan rasa takut warga, dan mengesankan pemilihan lewat surat elektronik mengarah penipuan skala luas.
Tweet-nya yang cukup kontras ini mencuat setelah serentetan jajak pendapat baru-baru ini di wilayah kemenangannya pada 2016, menunjukkan dia tertinggal oleh Joe Biden.(Tribunnews.com/Spputniknews.com/CNN.com/xna)