Sorotan Media Asing atas Misinformasi Covid-19 di Indonesia, Kalung Anti Corona hingga Thermogun
Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang menghadapi kesimpangsiuran informasi terkait covid-19.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penanganan covid-19 di tanah air mendapat sorotan media ternama Amerika Serikat.
The New York Times menulis artikel terkait bertujuk 'In Indonesia, false Covid-19 cures pushed by those who should know better'.
Dalam artikel yang diterbitkan pada 31 Juli lalu itu, penulis Richard C. Paddock melihat adanya misinformasi terkait covid-19.
Baca: Tommy Kurniawan Cerita Gunakan Kalung Eucalyptus
Misalnya, saat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang sempat mengenalkan kalung penangkal corona dari pohon Eucalyptus (kayu putih).
Kemudian, gubernur Bali dengan uap araknya, alkohol tradisional dari kelapa.
Lebih lanjut, The New York Times juga menyinggung pakar gandungan dan influencer yang mendorong berbagai pengobatan alternatif dapat sembuhkan corona.
Richard menulis, ketika Ichsanuddin Noorsy yang menyebut infrared dari Thermo Gun bisa merusak otak, dalam Youtube milik Helmi Yahya.
Baca: Di Indonesia, Vaksin Covid-19 dari China Masuki Uji Klinis Tahap III
"Influencer dan pakar gadungan juga telah mendorong pengobatan alternatif dan informasi salah di media sosial Indonesia, misalnya termometer inframerah populer menyebabkan kerusakan otak," lanjut tulisan itu.
Nantinya, Richard menulis, Indonesia terus mengalami kesulitan menyampaikan pesan berbasis sains soal Corona.
Masih dalam artikel tersebut, Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang menghadapi kesimpangsiuran informasi terkait covid-19.
Baca: Soal Klaim Obat Covid-19 Hadi Pranoto, Politikus PAN: Penyebaran Informasi Salah Adalah Penyesatan
Richard menuliskan Kenya. Gubernur Nairobi mendorong cognac sebagai obat ajaib.
Sementara Presiden AS Donald Trump terus mempromosikan hydroxychloroquine, obat yang digunakan untuk mengobati malaria sebagai obat Corona meskipun ada bukti medis yang bertentangan.