Kasus TikTok dan Huawei, Perang Dagang AS-China, dan Ancaman Bencana Global
Trump memberi waktu 45 hari sejak 3 Agustus 2020. Akuisisi harus kelar, atau Tiktok digulung selamanya dari jangkauan warga AS.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Perang memperebutkan Tiktok jadi babak baru konflik AS vs China. Aplikasi video pendek yang digemari kawula muda itu menyulut kemarahan Washington.
Gedung Putih semula ingin mendepak Tiktok dari Amerika. Presiden Trump bertekad melarangnya muncul di platform digital apapun. Tiktok harus disapu bersih. Alasannya, keamanan data pribadi.
Belakangan ia berubah pikiran. Skema baru dijajal. Tiktok harus “dikuasai” Amerika, lewat akuisisi. Microsoft Corp didorong maju.
Trump memberi waktu 45 hari sejak 3 Agustus 2020. Akuisisi harus kelar, atau Tiktok digulung selamanya dari jangkauan warga AS.
Tensi tinggi Gedung Putih melawan Beijing ini kelanjutan perang dagang, konflik ekonomi politik antara kedua negara raksasa ini.
Peran Presiden Nixon dan Mao Zedong
Presiden Richard Nixon mungkin punya kontribusi besar atas menjulangnya China. Nixon bertemu Ketua Partai Komunis China (PKC) Mao Zedong pada 1972.
Pertemuan itu benar-benar membuka jalan masuknya Tiongkok ke dalam ekonomi global. William Safire, penulis pidato Nixon pernah membuat testimoni di New York Times pada 2000.
"Realis tua itu (Nixon), telah memainkan kartu China untuk mengeksploitasi perpecahan di dunia komunis,” tulis Safire seperti dikutip Azhar Sukri, editor bisnis Aljazeera.com, Selasa (4/8/2020).
“(Ia) menjawab dengan sedikit kesedihan bahwa (keputusannya) tidak semudah yang pernah dia harapkan: 'Kita mungkin telah menciptakan Frankenstein'," Safire mengutip perumpamaan Nixon.
Akhir bulan lalu, Menlu Mike Pompeo di Perpustakaan dan Museum Kepresidenan Richard Nixon, California, menyampaikan pidato yang hampir seutuhnya menyerang China.
Narasi Pompeo, seperti juga bosnya, Presiden Donald Trump, terasa kuat hendak membawa China ke hubungan beku seperti era perang dingin.
Pompeo mengatakan Washington dan sekutu-sekutunya harus menggunakan "cara yang lebih kreatif dan tegas" untuk menekan Partai Komunis China.
Targetnya, supaya China mengubah praktik perdagangan yang dinilai tidak adil, melanggar HAM, dan ada upaya menyusup ke masyarakat AS.