Stasiun Osaka Jepang Punya Cara Khusus Agar Calon Penumpang Menghindari Penggunaan Eskalator
Jumlah penumpang ternyata per harinya bertambah sekitar 1.300 orang yang menggunakan tangga manual, tidak pakai eskalator.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Selama ini para penumpang kereta api lebih suka menggunakan eskalator dari pada tangga manual saat berada di stasiun.
Namun di masa pandemi Covid-19, maka orang-orang disarankan untuk melewati tangga manual untuk mencegah penyebaran virus corona.
"Kita upayakan orang berjalan naik tangga, jangan naik eskalator karena akan penuh sekali dan bisa terlambat naik kereta serta antisipasi pandemi corona dengan menjaga jarak lebih baik bila berjalan pakai tangga biasa," ungkap Tanaka, seorang petugas Stasiun Osaka kepada Tribunnews.com, Rabu (5/8/2020).
Diakuinya selama ini petugas stasiun dikerahkan untuk mengimbau langsung pengguna kereta api supaya menggunakan tangga biasa saja jangan lewat eskalator. Namun hal itu tak diindahkan sama sekali.
"Tetap saja orang suka pakai eskalator ketimbang naik tangga biasa yang luas dan lebar itu," lanjutnya.
Terkait hal itu, sejak beberapa hari lalu hingga Rabu (5/8/2020) digunakan cara survei tanpa perlu mengisi angket.
Tangga yang lebar itu dibagi dua dengan cat/tanda dan tulisan.
Yang kiri bagian warna biru untuk arah Fukushima.
Baca: Wali Kota Peringati 75 Tahun Bom Atom Nagasaki Jepang, Masih Pelajari Proteksi Aegis Ashore
Masih tangga yang sama, bagian kanan warna merah untuk arah Tenma. Keduanya merupakan daerah-daerah yang masih berada di dalam Osaka.
Penampilan diubah seolah angket dan seolah pula permainan bagi penumpang sehingga ternyata berhasil.
Jumlah penumpang ternyata per harinya bertambah sekitar 1.300 orang yang menggunakan tangga manual, tidak pakai eskalator.
Dari Stasiun Osaka lebih banyak orang yang ke daerah Tenma ketimbang ke daerah Fukushima.
Namun penggunaan tangga tiap hari bertambah 1.300 orang dari yang semula sekitar 8.000 orang menjadi sekitar 9.300 orang, hampir 10.000 orang menggunakan tangga manual tersebut.
"Sedangkan pengguna eskalator menjadi berkurang," kata dia.
"Mereka tahu ada angket "adu banyak", ada pilihan, senang ikut berpartisipasi sehingga memilih pakai tangga manual," lanjut Tanaka.