Donald Trump Tolak Menarik Kata-katanya yang Menyebut Kamala Harris Tak Pantas Jadi Cawapres
Presiden Donald Trump menolak untuk menarik kembali klaim palsu yang menyebut Kamala Harris tidak pantas mencalonkan diri karena kelahirannya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Donald Trump menolak untuk menarik kembali klaim palsu yang menyebut Kamala Harris tidak pantas mencalonkan diri karena kelahirannya.
Meski begitu, Donald Trump menyebut, ia dan tim kampanyenya tidak akan mengejar teori konspirasi yang tidak mendasar.
"Saya tidak tahu soal itu, tapi itu bukan sesuatu yang akan kami kejar," ujar Trump kepada para wartawan saat briefing media di Bedminster, New Jersey, pada Sabtu (15/8/2020) lalu.
Seorang reporter kemudian meminta Trump menyatakan, Kamala Harris pantas mencalonkan diri sebagai wakil presiden.
Namun Trump menolak untuk melakukannya.
Baca: Adik Presiden AS Donald Trump, Robert Trump, Meninggal Dunia pada Usia 71 Tahun
Baca: 4 Fakta Robert Trump, Adik Donald Trump yang Dikabarkan Sedang Sakit Parah
Trump menyebut belum secara mendalam mempelajari kasus itu.
Ia menyebut baru membaca sekilas satu artikel tentang Harris.
Dilansir Insider, artikel yang dimaksudkan Trump yaitu artikel opini di Newsweek yang dianggap mencela dan mendorong birtherisme.
Newsweek pada akhirnya meminta maaf atas artikel itu, yang digunakan sebagain orang untuk mempromosikan rasisme dan xenofobia.
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, Donald Trump menyebut Kamala Harris tidak pantas menjadi calon presiden karena orang tuanya adalah imigran.
Selama bertahun-tahun, Presiden AS Donald Trump mengkampanyekan teori konspirasi yang disebut "birtherism" di mana ada keraguan apakah mantan Presiden Barack Obama adalah benar warga negara AS dan pantas menjadi presiden.
Antara tahun 2011 dan 2016, Trump telah menyebarkan konspirasi tersebut, Insider mengabarkan.
Obama kemudian memperlihatan akta kelahirannya, yang menunjukkan dirinya lahir di Hawaii.
Kemudian pada Kamis (14/8/2020) lalu, Trump menyebarkan konspirasi yang serupa kepada senator Kamala Harris, yang baru saja ditunjuk Joe Biden sebagai pasangannya pada pemilihan presiden-wakil presiden mendatang.
Baca: 4 Fakta Robert Trump, Adik Donald Trump yang Dikabarkan Sedang Sakit Parah
Baca: Sebelum Jadi Presiden, Donald Trump Rupanya Pernah Berdonasi 2 Kali untuk Kampanye Kamala Harris
Trump menyebut Harris tidak pantas menjadi wakil presiden karena orang tuanya adalah imigran.
Harris merupakan wanita kulit hitam, keturunan India-Jamaica.
Namun Harris lahir di Oakland, California yang menjadikannya warga negara AS.
Orang tua Harris memperoleh gelar doktor dari University of California, Berkeley pada 1963 dan telah tinggal di AS selama beberapa tahun sebelum putri pertama mereka lahir.
"Saya mendengar hari ini bahwa dia tidak memenuhi persyaratan," kata Trump kepada wartawan.
"Saya tidak tahu apakah itu benar. Saya akan berpikir, saya akan berasumsi, Demokrat akan memeriksanya sebelum dia dipilih untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden."
Sementara itu, penasihat utama dan menantu presiden Jared Kushner menolak untuk menyangkal teori itu ketika ditanya pada hari Jumat.
"Pada akhirnya, itu adalah sesuatu yang ada di luar sana," kata Kushner kepada CBS News.
"Saya pribadi tidak punya alasan untuk percaya dia tidak memenuhi syarat."
Di bawah Amandemen Keempat Belas, siapa pun yang lahir di AS secara otomatis menjadi warga negara AS.
Mahkamah Agung menegaskan hak kewarganegaraan untuk semua, terlepas dari ras dan kebangsaan, dalam keputusannya pada tahun 1898 di AS vs. Wong Kim Ark.
Keputusan mayoritas itu berbunyi, "Amandemen Keempat Belas menegaskan aturan lama dan fundamental kewarganegaraan melalui kelahiran di dalam wilayah, dalam kesetiaan dan di bawah perlindungan negara, termasuk semua anak di sini yang lahir dari warga asing…. Amandemen, dengan kata-kata yang jelas. dan dalam maksud yang nyata, termasuk anak-anak yang lahir, di dalam wilayah Amerika Serikat, dari semua orang lain, dari ras atau warna kulit apa pun, yang berdomisili di Amerika Serikat. "
Mengenal Lebih Jauh Sosok Kamala Harris
Kandidat Presiden AS terkuat dari Partai Demokrat, Joe Biden, menggandeng Kamala Devi Harris sebagai partnernya.
Harris akan mendampingi Biden sebagai calon wakil presiden.
Penunjukan itu menjadikan Harris sebagai wanita pertama blasteran Amerika-Asia sebagai calon orang kedua di Gedung Putih.
Lantas, siapa Kamala Harris, perempuan berdarah India-Jamaika yang jadi cawapres AS Joe Biden?
Kamala Harris dilahirkan dari orang tua Shyamala Gopalan (ibu) yang berdarah India, dan Donald Harris (AS).
Ia memiliki adik kandung Maya Harris.
Shyamala Gopalan dikenal seorang ilmuwan ahli kanker payudara yang beremigrasi dari India pada 1960, untuk mengejar gelar doktor dalam bidang endokrinologi di Universitas Berkeley.
Sementara Donald Harris adalah seorang profesor ekonomi emeritus Universitas Stanford, yang beremigrasi dari Jamaika Inggris pada 1961 untuk studi pascasarjana di bidang ekonomi di UC Berkeley.
Kamala Harris lulus sarjana muda dari Howard University dan melanjutkan studi sarjana di University of California Hasting.
Baca: Delapan Sosok Perempuan Ini Berpeluang Jadi Wakil Joe Biden di Pilpres AS November 2020
Baca: Susan Rice dan Elizabeth Warren Bisa Menyodok, Joe Biden Butuh Orang Terpercaya
Jurnal Politico sejak beberapa pekan lalu menempatkan Harris sebagai figur yang bakal dipilih Biden.
Ada 11 sosok perempuan yang diulas, dan Biden sejak awal berkomitmen akan menggandeng perempuan sebagai pasangannya di Pilpres AS.
Posisi wapres di kubu Demokrat akan sangat signifikan, mengingat Joe Biden akan berusia 78 tahun saat Pilpres digelar November 2020.
Mantan Wapres era Presiden Barrak Obama itu dalam beberapa kesempatan mengatakan, sangat penting calon wakil presidennya siap menjadi presiden sejak hari pertama dilantik.
Politico.com menulis sosok Kamala Harris sebagai jaksa sudah dikenal luas.
Setelah menjabat wakil jaksa distrik di Kabupaten Alameda, California, pada 90-an, Harris bergabung di kantor San Francisco pada 1998.
Lima tahun kemudian dia kemudian terpilih sebagai Jaksa Agung California (2010 dan 2014), sebelum melompat ke Senat pada 2016.
Sekarang ia berusia 55 tahun, dan telah mendapatkan reputasi tinggi di Senat karena dikenal sebagai pengritik Trump yang gigih.
Harris pernah mencoba ikut kontestasi kepresidenan tapi menarik diri sebelum pertarungan resmi dimulai 2019.
Dia mendukung Biden pada Maret dan sejak itu aktif berkampanye dan menggalang dana untuknya.
Harris lebih dikenal dan memiliki lebih banyak pengalaman politik tingkat tinggi daripada yang dipertimbangkan oleh Biden untuk wanita kulit hitam lainnya.
Dia bisa menjadi pendebat yang efektif, seperti yang dipelajari Biden secara langsung tahun lalu, ketika Harris mengkritiknya selama debat presiden.
Kamala Harris telah mengambil peran penting dalam tanggapan Senat Demokrat terhadap pandemi coronavirus dan desakan mereformasi kepolisian.
Pada usia 55, ia relatif muda, menawarkan keseimbangan generasi terhadap calon yang akan berusia 78 tahun pada November 2020.
Kamala Harris memiliki hubungan sangat baik dengan almarhum putra Biden, Beau Biden, yang pernah jadi Jaksa Agung Delaware.
Namun Politico.com mencatat, pemilihan Kamala Harris mungkin akan mengecewakan beberapa orang progresif, yang menghabiskan banyak tahun lalu mengkritik catatannya sebagai jaksa.
Sebagai Jaksa Agung California, dia menentang legalisasi ganja, menolak mempertimbangkan inisiatif pemungutan suara untuk pencabutan hukuman mati, isu yang jadi haluan kalangan Demokrat.
Ia juga tidak mendukung undang-undang negara bagian yang mensyaratkan investigasi independen terhadap kasus-kasus di mana polisi “membunuh” orang atas alasan tugas.
Merespon penunjukan dirinya oleh Biden, Kamala Harris menyatakan sangat menghormati pilihan itu.
“Sungguh saya sangat terhormat bergabung dengan Biden sebagai calon wapres, dan melakukan apa yang diperintahkan dia sebagai Commander of Chief,” tulis Harris di akun Twitter-nya
Ia memuji Biden sebagai figur yang bisa menyatukan rakyat Amerika, orang yang menghabiskan sepanjang hidupnya untuk bertarung demi rakyat.
“Sebagai Presiden, ia (Biden) bisa membangun kehidupan ideal di Amerika,” lanjut Harris.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Politico.com/BBCNews/xna)