Presiden Prancis Emanuel Macron Kembali Kunjungi Beirut Lebanon
Oligarki dan korupsi telah membawa Lebanon ke posisi paling sulit secara ekonomi. Macron diharapkan membantu memecahkan problem akut negara itu.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Para pengamat mengatakan Diab tidak dapat mendorong reformasi karena campur tangan politik tingkat tinggi yang biasa terjadi di Lebanon.
Di negara ini keputusan penting secara tradisional dibuat antara segelintir pemimpin sektarian yang berkuasa daripada pemerintah.
"Kami tahu ada kekuatan politik di belakang pemerintah ini yang tidak selalu sejalan dengan pemerintah yang mereka tunjuk, dan itu membuat sulit untuk memiliki program dan solusi untuk masalah rumit ini," kata Mike Azar, penasihat keuangan senior, kepada Al Jazeera.
Dia mencatat pemerintahan Diab telah goyah karena tidak memiliki rencana yang jelas tentang bagaimana mengatasi tantangan Negara.
Termasuk mengatasi campur aduk orang yang berbeda dengan pandangan berbeda, yang menyebabkan disfungsi kronis di pemerintahan negara ini.
Macron juga berada di Beirut untuk memperingati 100 tahun pembentukan Lebanon Besar, yang dideklarasikan kolonial Prancis pada 1920, setelah Perang Dunia I. Lebanon memperoleh kemerdekaan dari Prancis pada 1943.
Presiden Prancis diperkirakan akan mendorong politisi Lebanon untuk memberlakukan reformasi yang diminta oleh para donor sebelum mengeluarkan bantuan keuangan.
Pejabat senior Lebanon mengatakan mediasi Macron sangat penting dalam mengamankan kesepakatan tentang perdana menteri baru dalam 48 jam sebelum kebuntuan terputus dan konsensus muncul pada Adib.
"Peluang bagi negara kita kecil dan misi yang saya terima didasarkan pada pengakuan semua kekuatan politik," kata Adib, yang mendapat dukungan dari hampir semua partai utama Lebanon dalam konsultasi yang diselenggarakan oleh Aoun.(Tribunnews.com/Aljazeera.com/xna)