Korban Tewas Akibat Ledakan di Bangladesh Bertambah Jadi 24 Orang, Termasuk Imam dan Muazin
Ada tambahan 8 korban tewas, termasuk imam dan muazin, sehingga total yang yang terenggut nyawanya kini menjadi 24 orang.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BANGLADESH - Pihak berwenang, Minggu (6/9/2020) mengumumkan korban tewas akibat gas bocor yang meledakkan Masjid Jami Baitus Salat di Narayanganj, Bangladesh, bertambah menjadi total 24 orang.
Sementara itu tim penyelamat menggambarkan bagaimana orang-orang yang selamat melompat ke selokan terdekat untuk menghindari api.
Para jemaah masjid sedang menunaikan saalat malam pada Jumat (4/9/2020) saat ledakan itu mengepulkan bola api ke udara di pusat distrik Narayanganj dekat ibu kota Dhaka.
Ada tambahan 8 korban tewas, termasuk imam dan muazin, sehingga total yang yang terenggut nyawanya kini menjadi 24, kata Samanta Lal Sen juru bicara rumah sakit spesialis luka bakar di Dhaka.
"Kondisi 13 orang yang terluka parah kini kritis. Beberapa dari mereka mengalami luka bakar 70-80 persen," katanya kepada AFP.
Ada kekhawatiran jumlah korban bisa meningkat lebih tinggi.
"Sulit bertahan hidup jika ada lebih dari 30 persen tubuh yang terbakar," lanjutnya.
Total ada 45 orang yang terluka, kata polisi.
Seorang warga setempat bernama Mohammad Salim mengatakan, dia bergegas ke masjid setelah mendengar suara ledakan yang mengguncang lingkungan sekitar.
Dia mengatakan, para jemaah yang terbakar melompat ke selokan yang terbuka di samping masjid.
"Mereka merintih 'tolong, selamatkan kami' saat mereka berguling-guling di air selokan untuk mendinginkan tubuh mereka yang terbakar."
Baca: 16 Orang Tewas dalam Insiden Ledakan Pipa Gas di Dekat Masjid di Bangladesh
"Wajah mereka hangus dan tak bisa dikenali," kata Salim yang kehilangan dua sepupu dan saudara iparnya dalam ledakan itu.
"Saya mengangkat mereka bertiga ke luar dari air. Saat saya menyentuhnya, kulit mereka terkelupas dari tubuhnya. Kami membawa mereka ke rumah sakit dengan becak."
Takmir masjid mengarahkan telunjuk ke perusahaan transmisi gas milik negara yang sebelumnya meminta suap, untuk memperbaiki kebocoran itu dengan cepat.