Bom di Kabul: Ledakan Targetkan Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh, 10 Orang Tewas
Bom meledak di Kabul, kabarnya, ledakan tersebut menargerkan Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Bom meledak di Kabul pada Rabu (9/9/2020) pagi.
Kabarnya, ledakan tersebut menargerkan Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh.
Sekira 10 orang dilaporkan tewas dalam serangan bom di pinggir jalan tersebut.
Mengutip BBC, Saleh merupakan mantan Kepala Badan Intelijen Afghanistan, dia berhasil selamat dan menderita luka bakar ringan di wajah dan tangannya.
Pengeboman terjadi ketika para pejabat Afghanistan dan Taliban bersiap memulai pembicaraan resmi pertama mereka.
Baca: Siap-Siap, Afghanistan Sepakat Bebaskan 400 Tahanan Kelompok Taliban Garis Keras
Baca: Afghanistan Adakan Pertemuan Besar untuk Putuskan Nasib 400 Tahanan Taliban
Lebih jauh, Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid melalui cuitan Twitter mengatakan, kelompok militan tidak bertanggung jawab atas ledakan itu.
Rekaman yang didapat tak lama setelah ledakan menunjukkan asap hitam besar mengepul dari tempat kejadian.
Tareq Arain, juru bicara kementerian dalam negeri Afghanistan, mengatakan bom pinggir jalan itu menargetkan konvoi Saleh saat pejabat itu pergi bekerja.
Arain mengatakan 10 warga sipil yang bekerja di daerah itu tewas dan 15 orang, termasuk salah satu pengawal Saleh, terluka.
Seorang saksi ledakan mengatakan dia mengemudi melewati lokasi dalam perjalanan ke klinik ketika bom meledak.
"Saya kehilangan salah satu saudara saya, dan yang lainnya terluka," kata pria itu kepada kantor berita Reuters segera setelah ledakan.
"Pemerintahan macam apa ini? Tidak ada ambulans, dan bahkan polisi pun belum datang," tegasnya.
Baca: POPULER INTERNASIONAL: Tembak Militan Taliban Gadis Ini Disebut Pahlawan, juga Sangkalan Amber Heard
Baca: Tembak 2 Militan Taliban Pakai AK-47 karena Orang Tuanya Dibunuh, Gadis Ini Disebut Pahlawan
Saleh Terkenal Vokal Terhadap Taliban
Lebih lanjut, Saleh dikenal sebagai lawan vokal Taliban.
Mantan Kepala Intelijen itu telah selamat dari beberapa upaya pembunuhan sebelumnya.
Termasuk serangan satu tahun lalu yang menewaskan 20 orang di kantornya.
Berbicara setelah ledakan pada Rabu (9/9/2020), dia berjanji untuk melanjutkan tugas politiknya.
"Saya baik-baik saja tetapi beberapa pengawal saya terluka," ungkap Saleh.
"Anak saya, yang berada di dalam mobil bersama saya, dan saya baik-baik saja," kata Saleh dalam pesan video, dengan perban terlihat di tangan kirinya.
"Saya mengalami luka bakar di wajah dan tangan saya. Ledakannya kuat," terangnya.
Baca: Muncul Klaster Baru Covid-19 di Karanganyar, Berawal dari Ijab Kabul
Baca: 14 Roket Hantam Dekat Kawasan Diplomatik Utama di Kabul
Bom Diledakkan Ketika Konvoi Lewat
Lebih lanjut, Kementerian dalam negeri mengatakan, bom itu ditempatkan di gerobak di sisi jalan dan diledakkan dari jarak jauh ketika konvoi Wakil Presiden lewat.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, yang bertemu dengan Saleh pada Rabu pagi, setelah serangan itu buka suara.
Ashrar Ghani mengatakan "teroris dan pendukung asing mereka tidak dapat merusak keyakinan kuat rakyat akan perdamaian, demokrasi dan masa depan cerah negara kita".
Secara terpisah, delegasi Uni Eropa di Afghanistan mengutuk serangan itu, menyebutnya sebagai "tindakan putus asa oleh perusak upaya perdamaian, yang harus dihadapi secara kolektif".
Baca: Penjara di Afghanistan Diserbu ISIS: 29 Orang Meninggal, 1.000 Tahanan Coba Melarikan Diri
Para pejabat Afghanistan diperkirakan akan memulai pembicaraan yang lama tertunda dengan Taliban dalam beberapa hari mendatang di Doha, Qatar.
Pembicaraa itu sebagai upaya mencapai rekonsiliasi politik setelah bertahun-tahun pertumpahan darah.
Taliban menandatangani kesepakatan pada Februari dengan AS untuk mengakhiri 19 tahun konflik antara keduanya.
Perjanjian perdamaian menghentikan serangan Taliban terhadap pasukan AS tetapi kelompok militan terus menargetkan militer dan pemerintah Afghanistan.
Tetapi Taliban pada Februari berjanji untuk tidak melancarkan serangan di daerah perkotaan, seperti yang terjadi di Kabul pada hari Rabu.
Kelompok yang disebut ISIS juga telah melancarkan berbagai serangan tingkat tinggi di Afghanistan dalam beberapa tahun terakhir.
Pada Agustus, kelompok itu mengaku bertanggung jawab atas operasi terhadap sebuah penjara di kota Jalalabad timur yang menewaskan 29 orang dan memungkinkan ratusan narapidana melarikan diri.
Menanggapi serangan hari Rabu, kepala tim perunding pemerintah Afghanistan, Mohammad Masoom Stanekzai, menyerukan agar kekerasan dihentikan jika proses perdamaian ingin berhasil.
"Waktu untuk mencari alasan telah berlalu. Pembunuhan terhadap orang-orang harus diakhiri," katanya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)