Ahli Virologi Tiongkok: Pemerintah China 'Sengaja' Buat Virus Covid-19
Dr Li-Meng Yan mengklaim punya bukti China sengaja membuat virus Covid-19 yang menyebabkan lockdown massal dan kematian di seluruh dunia.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING -- Seorang ahli virologi dan whistleblower yang membelot dari China Dr Li-Meng Yan mengklaim punya bukti China sengaja membuat virus Covid-19 yang menyebabkan lockdown massal dan kematian di seluruh dunia.
Demikian Dr Li-Meng Yan mengatakan kepada reporter Fox News, Tucker Carlson Selasa (15/9/2020) waktu setempat.
Carlson secara khusus bertanya kepada Dr Li-Meng Yan, "apakah percaya China "sengaja" membuat virus?"
"Ya, tentu saja, itu sengaja," dia menanggapi dalam acara "Tucker Carlson Tonight."
Yan mengatakan ada banyak bukti akan dibongkar tentang hal itu.
Ia sendiri sempat bekerja di laboratorium rujukan Organisasi Kesehatoan Dunia (WHO) sebelum melarikam diri dari Hong Kong ke Amerika Serikat (AS).
"Saya bekerja di laboratorium rujukan WHO yang merupakan laboratorium virua corona teratas di dunia, di Universitas Hong Kong. Dan masalahnya adalah saya terlibat mendalam ke dalam penyelidikan tersebut secara rahasia dari awal wabah ini. Saya memiliki kecerdasan, karena saya juga punya jaringan sendiri di China, terlibat [di] rumah sakit ... juga saya bekerja dengan ahli virologi corona [virus] teratas di dunia," katanya.
Baca: Ahli Virologi China Punya Bukti Virus Covid-19 Sengaja Dibuat di Laboratorium Wuhan
"Jadi, bersama dengan pengalaman saya, saya dapat memberitahu Anda, ini dibuat di laboratorium ... dan juga, itu menyebar ke dunia untuk membuat kerusakan seperti itu."
Fox News sebelumnya melaporkan Yan ketika meniup peluit pada upaya China yang diduga untuk meyembunyikan informasi tentang penanganan virus.
Dengan jaringan kontak yang luas di fasilitas medis China, Yan berusaha untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang virus karena China menutup akses bagi para ahli luar negeri untuk melakukan penelitian di negara itu.
Pernyataannya memicu keluhan yang terus-menerus bahwa pemerintah China gagal memberi tahu dunia sejak dini tentang ancaman virus tersebut.
Secara khusus, dia percaya pemerintah China mengabaikan penelitian yang bisa menyelamatkan nyawa. Departemen Luar Negeri tidak segera menanggapi permintaan Fox News untuk berkomentar.
Sebagai tanggapan, tempat ia bekerja di Universitas Hong Kong, mengkritik akunnya. Sebuah siaran pers mencatat "bahwa isi dari laporan berita tersebut tidak sesuai dengan fakta-fakta kunci seperti yang diketahui."
"Secara khusus, Dr Yan tidak pernah melakukan penelitian apa pun tentang penularan virus corona baru dari manusia ke manusia di [Universitas Hong Kong] selama Desember 2019 dan Januari 2020," demikian tanggapan RS Universitas Hong Kong.
Yan, yang mengatakan dia adalah salah satu ilmuwan pertama di dunia yang mempelajari virus corona, melarikan diri dari China karena alasan keamanan dan keselamatan dirinya.
Dia diduga diminta oleh pengawasnya di laboratorium rujukan Universitas/WHO, Dr. Leo Poon, pada 2019 untuk melihat klaster aneh kasus mirip SARS yang keluar dari Daratan China pada akhir Desember 2019.
Sebelumnya seperti dilansir dari New York Post, Senin, (14/9/2020), Yan yang berbicara melalui wawancara video dari lokasi rahasia, mengatakan, "Itu berasal dari laboratorium - laboratorium di Wuhan dan laboratorium tersebut dikendalikan oleh pemerintah China."
Dia tegaskan pula, pernyataa yang menyatakan virus berasal dari pasar basah di Wuhan, China hanyalah pengalih isu.(Fox News/New York Post)