UEA, Bahrain dan Israel Tandatangani Kesepakatan Bersejarah di Gedung Putih
Israel, Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain menandatangani perjanjian damai untuk membangun hubungan formal.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON- Israel, Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain menandatangani perjanjian damai untuk membangun hubungan formal dan mengakhiri konflik puluhan tahun dalam diplomasi Arab di Timur Tengah.
"Penandatanganan hari ini adalah sejarah baru," ujar Donald Trump, kepada warga yang berkumpul di luar Gedung Putih, setelah penandatanganan perjanjian bersama UEA, Bahrain dan Israel, Selasa (15/9/2020) waktu setempat.
"Ini hari yang luar biasa bagi dunia," kata Trump.
Kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Trump mengatakan "lima atau enam" negara lain hampir mengambil kesepakatan serupa dengan Israel.
Namun sayangnya Trump tidak menyebutkan nama negara-negara yang akan menormalisasi hubungan dengan Israel.
"Saya pikir Israel tidak terisolasi lagi," katanya.
Baca: Reaksi Dunia Ketika Donald Trump Umumkan Normalisasi Hubungan Diplomatik Bahrain-Israel
Kedua tokoh itu berusaha memanfaatkan kesepakatan perdamaian ini sambil menghadapi kecaman domestik atas penanganan pandemi virus corona.
Hanya beberapa orang di antara puluhan peserta pada upacara Selasa mengenakan masker wajah.
Dengan menandatangani "perjanjian damai" itu, kedua pemimpin dapat membanggakan prestasi kebijakan luar negeri yang signifikan di tengah merosotnya citra mereka di negara masing-masing.
Selain Netanyahu, Trump menjamu Menteri Luar Negeri UEA dan Bahrain, Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan dan Abdullatif bin Rashid Al Zayani, di South Lawn Gedung Putih - tempat yang sama di masa Bill Clinton pada tahun 1993 ketika perdana menteri Israel saat itu, Yitzhak Rabin, dan ketua PLO, Yasser Arafat, berjabat tangan.
Baca: Di Tengah Pandemi, Donald Trump Nekat Gelar Kampanye Indoor
Trump akan menjadi petahana dalam pemilihan presiden AS pada 3 November 2020.
Kesepakatan damai ini akan dapat menjadi prestasi yang akan dibanggakan Trump dalam kampanye pemilihan presiden AS.
Seperti Trump, Netanyahu juga membutuhkan dorongan citra positif.
Pada Jumat pekan lalu, Israel akan masuk ke pembatasan kedua yang mendapat penolakan.
Netanyahu menjadi sasaran aksi unjuk rasa atas tuduhan korupsi terhadap dirinya, yang ia bantah.
Israel berharap negara-negara Teluk lainnya, seperti Oman dan idealnya Arab Saudi, juga akan menandatangani kesepakatan bersama.
Israel, yang menganggap Iran musuh bebuyutannya, tengah berebut simpati negara-negara Arab untuk mengurangi dominasi Iran.
Sementara Arab Saudi, juga bersaing dengan Iran untuk berebut dominasi regional.
"Israel tidak merasa terisolasi sama sekali," kata Netanyahu pada hari Selasa sambil duduk di samping Trump sebelum upacara.
"Ini menikmati kemenangan diplomatik terbesar dalam sejarahnya. Saya pikir orang-orang yang merasa terisolasi adalah tiran Teheran." sambungnya.
Di bawah kesepakatan UEA, Netanyahu hanya setuju untuk "menangguhkan" tetapi tidak sepenuhnya meninggalkan ambisinya untuk mencaplok Tepi Barat yang didudukinya - sebuah klausul yang menurut para pejabat Palestina bahwa mereka telah diabaikan. (Guardian)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.