Pemerintah Turki Bela Azerbaijan, Rusia Serukan Gencatan Senjata
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan permusuhan ini dapat melontarkan wilayah itu ke dalam api sembari menjanjikan dukungan Ankara.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Bersama AS dan Rusia, Prancis adalah wakil presiden kelompok Minsk. Charles Michel, Presiden Dewan Eropa, menyerukan penghentian pertempuran dan kedua negara segera kembali ke negosiasi.
"Tindakan militer harus dihentikan, sebagai masalah yang mendesak, untuk mencegah eskalasi lebih lanjut," kata Michel sembari menyerukan " negosiasi tanpa prasyarat.
Jerman juga menyerukan penghentian segera pertempuran, mendesak kembali ke dialog untuk menyelesaikan perselisihan.
"Saya menyerukan kepada kedua pihak yang berkonflik untuk segera menghentikan semua permusuhan, terutama serangan ke desa dan kota," kata Menteri Luar Negeri Heiko Maas.
"Konflik di wilayah Nagorno-Karabakh hanya bisa diselesaikan melalui negosiasi," tambah Menlu Jerman, yang negaranya saat ini memegang jabatan presiden bergilir Uni Eropa.
Di Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan dia berdoa untuk perdamaian di wilayah Kaukasus.
“Saya berdoa untuk perdamaian di Kaukasus dan saya meminta pihak-pihak yang berkonflik untuk membuat isyarat niat baik dan persaudaraan yang dapat mengarah pada penyelesaian masalah bukan dengan penggunaan kekuatan dan senjata, tetapi melalui dialog dan negosiasi,” pemimpin Gereja Katholik Roma itu.
Turki secara historis berselisih dengan Armenia, sebagian besar karena warisan pahit penganiayaan Ottoman terhadap orang-orang Armenia, dan dukungan militer dan politik Ankara terhadap Baku dalam beberapa dekade terakhir.
Pertempuran antara musuh bebuyutan Armenia dan Azerbaijan berlanjut Minggu pagi, dengan masing-masing negara saling menyalahkan karena memulai permusuhan atas Nagorno-Karabakh.
Armenia mengatakan pasukan Azerbaijan menembaki wilayah yang memisahkan diri dan menimbulkan korban sipil, sementara Baku menuduh pasukan Armenia juga menyerang sasaran militer dan sipil.
Nagorno-Karabakh , wilayah berpenduduk mayoritas Armenia angkat senjata melawan Azerbaijan pada 1990-an.
Pemerintah setempat mendeklarasikan darurat militer dan mengeluarkan seruan wajib militer total untuk semua pria yang berusia di atas 18 tahun. Warga sipil diminta berlindung dan tetap tenang.
Baku serang di perbatasan Nagorno Karabakh menghancurkan tank, helicopter dan drone Azerbaijan. Sebaliknya, korban sipil maupun militer berjatuhan di pihak pasukan Armenia.(Tribunnnews.com/Russia Today/Aljazeera/Sputniknews.com/xna)