Vaksin Covid-19 dari Johnson & Johnson Hasilkan Respon Imun Kuat dalam Uji Coba Awal
Kandidat vaksin Covid-19 dari Johnson & Johnson JNJ.N dikabarkan menghasilkan respon kekebalan yang kuat terhadap virus corona dalam uji klinis awal.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Kandidat vaksin Covid-19 dari Johnson & Johnson JNJ.N dikabarkan menghasilkan respon kekebalan yang kuat terhadap virus corona dalam uji klinis awal.
Mengutip Reuters, hasil sementara tersebut diterbitkan Jumat (25/9/2020).
Hasil menunjukkan, vaksin yang disebut Ad26.COV2.S, dapat ditoleransi dengan baik pada dua dosis berbeda.
Namun, tidak jelas apakah orang lanjut usia, salah satu populasi yang paling berisiko terhadap virus, akan dilindungi dengan tingkat yang sama seperti orang yang lebih muda dengan vaksin J&J.
Untuk dicatat, uji coba yang didukung pemerintah AS ini dilakukan pada hampir 1000 orang dewasa yang sehat.
Baca: 2,3 Juta Lansia di Kanagawa Jepang akan Dapat Vaksin Influenza Gratis Mulai Oktober 2020
Baca: Tak Ada Efek Berat Dirasakan Relawan, Uji Klinis Tahap 3 Vaksin Sinovac Berjalan Baik
Proyek ini dimulai setelah kandidat vaksin J&J diumumkan pada Juli 2020 kemarin yang menawarkan perlindungan kuat dalam dosis tunggal kepada monyet.
Berdasarkan hasil saat ini, J&J pada hari Rabu memulai 60.000 orang dalam uji coba terakhir.
Diharapkan uji coba terakhir dapat membuka jalan bagi aplikasi kandidat vaksin untuk mendapat persetujuan regulasi.
Johnson & Johnson mengatakan, perusahaanya berhadap pada uji coba Tahap 3 akan menunjukkan hasil pada akhir tahun atau awal tahun depan.
Para peneliti, termasuk dari unit J & J Janssen Pharmaceuticals, mengatakan setelah 29 hari vaksinasim 98 persen peserta dengan data yang tersedia untuk analisis sementara memiliki antibodi penawar, yang melindungi sel dari patogen.
Baca: Pemerintah Masih Matangkan Skema Vaksin Mandiri
Baca: Menko PMK Muhadjir Effendy: Dosen dan Guru Masuk Prioritas Penerima Vaksin Covid-19 Pertama
Para peneliti mengatakan rincian lebih lanjut tentang keamanan dan efektivitas akan menyusul setelah studi selesai.
Dr Barry Bloom, seorang profesor di Harvard TH Chan School of Public Health yang tidak terlibat dalam uji coba J&J, buka suara kepada Reuters.
Untuk saat ini, katanya, hasil uji coba membenarkan mengapa lebih banyak penelitian diperlukan dalam jumlah yang lebih besar untuk mencari efek samping yang serius.
Tahap-tahap Pengujian Vaksin
Mengutip Guardian, terdapat empat tahapan dalam pengujian vaksin.
Lima tahap tersebut yakni Tahap Pra-klinis, Tahap 1, Tahap 2, Tahap 3, hingga akhirnya disetujui.
Dalam tahap pengujian Pra-klinis, vaksin belum diuji coba pada manusia.
Baca: Brasil akan Uji Coba Vaksin Sputnik Buatan Rusia, Berencana Beli 50 Juta Dosis
Peneliti memberikan vaksin kepada hewan untuk melihat apakah vaksinnya memicu respons imun.
Dalam uji klinis Tahap 1, vaksin diberikan kepada sekelompok kecil orang untuk menentukan apakah vaksin tersebut aman.
Kemudian, fase ini akan mempelajari lebih lanjut tentang respons kekebalan yang dipicu.
Pada Tahap 2, vaksin diberikan kepada ratusan orang.
Sehingga, para ilmuwan dapat mempelajari lebih lanjut tentang keamanan dan dosis yang tepat.
Selanjutnya, pada Tahap 3, vaksin diberikan kepada ribuan orang untuk memastikan keamanan dan keefektifannya.
Uji coba ini melibatkan kelompok kontrol yang diberi plasebo.
Baca: Jika Tahap Uji Klinis Lancar, Vaksin Covid-19 Mulai Diproduksi Awal Tahun Depan
Vaksin dalam Uji Klinis
Hingga kini, 139 calon vaksin masih pada Tahap Pra-klinis.
Sebanyak 25 calon vaksin sedang diuji pada Tahap 1, dan 17 lainnya berada pada Tahap 2.
Kemudian, 7 calon vaksin telah masuk ke dalam Tahap 3, dan menunggu mana kah vaksin yang akhirnya disetujui sebagai vaksin Covid-19.
(Tribunnews.com/Andai Wulan Nugrahani)