Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kuwait berduka: Emir Sheikh Sabah Meninggal pada Usia 91 Tahun

Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah meninggal pada Selasa (29/9/2028) waktu setempat di usia 91 tahun, bendera berkibar setengah tiang di Kuwai

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Kuwait berduka: Emir Sheikh Sabah Meninggal pada Usia 91 Tahun
Saudi Press Agency via AP
Raja Yordania Abdullah II, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud, Emir yang berkuasa di Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmad Al Sabah, dan Penguasa Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, serta Wakil Presiden juga Perdana Menteri UEA di Mekkah 

TRIBUNNEWS.COM, KUWAIT- Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah meninggal pada Selasa (29/9/2028) waktu setempat di usia 91 tahun.

Emir telah dirawat di rumah sakit sejak Juli setelah operasi bulan itu di Kuwait.

Setelah itu Emir terbang ke Amerika Serikat hingga menghembuskan nafas terakhirnya.

"Dengan hati yang penuh dengan duka dan kesedihan bagi rakyat Kuwait, dunia Islam dan Arab dan bangsa-bangsa di dunia, dan dengan iman kepada kehendak Allah, kabinet berduka nestapa ... Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah meninggal di Amerika Serikat pada hari Selasa," ujar Syekh Ali Jarrah al-Sabah, menteri yang bertanggung jawab atas urusan kerajaan, dalam pernyataan yang diumumkan di televisi lokal, seperti dilansir Reuters, dan AFP, Rabu (30/9/2020).

Ia menjelaskan negaranya berkabung atas meninggalnya seorang pemimpin yang dianggap oleh banyak orang Arab Teluk sebagai operator diplomatik yang cerdas dan juara kemanusiaan.

Kabinet mengumumkan dan menunjuk saudara kandungnya yang selama ini menjadi putra mahkota Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah sebagai penguasa baru.

Baca: 72 WNI di Arab Saudi Meninggal Dunia Akibat Covid-19, Kasus Positif di Qatar dan Kuwait Meningkat

Juru bicara parlemen menuliskan di Twitter, Sheikh Nawaf, 83, akan dilantik pada Rabu (30/9/2020) waktu setempat.

Berita Rekomendasi

Sheikh Sabah telah memerintah di negara kaya minyak dan sekutu AS sejak 2006, dan mengarahkan kebijakan luar negerinya selama lebih dari 50 tahun.

Bendera berkibar setengah tiang di Kuwait, yang mengumumkan 40 hari berkabung.

"Selamat tinggal, Emir Kemanusiaan," tulisan dalam spanduk besar di jalan dekat Bursa Efek Kuwait.

Kuwait Towers, landmark tepi laut yang biasanya menyala terang di malam hari, kini menjadi gelap.

Ucapan belasungkawa mengalir dari para pemimpin Arab dan beberapa negara di kawasan itu mengumumkan masa berkabung.

Sheikh Sabah berusaha untuk menyeimbangkan hubungan dengan negara tetangga Kuwait yang lebih besar - menempa hubungan dekat dengan Arab Saudi, membangun kembali hubungan dengan bekas penjajah Irak dan menjaga dialog terbuka dengan Iran.

Dia mencoba menengahi dalam sengketa Teluk yang melihat Riyadh dan sekutunya memberlakukan boikot terhadap Qatar, dan melakukan penggalangan dana untuk bantuan kemanusiaan di Suriah. 

Baca: Ada Kasus Baru dari Qatar dan Kuwait, Total 1.355 WNI di Luar Negeri Positif Covid-19

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, dalam sebuah tweet berbahasa Arab, memuji Sheikh Sabah karena memupuk "moderasi dan keseimbangan" di Kuwait dan wilayah tersebut.

"Hari ini kita kehilangan seorang kakak laki-laki dan pemimpin yang bijaksana dan penuh kasih ... yang tidak terhindar dari upaya untuk persatuan Arab," kata Raja Yordania Abdullah, juga di Twitter.

Sabah menjaga hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat, yang memimpin koalisi yang mengakhiri pendudukan Irak pada 1990-1991 di Kuwait dan menggunakan negara Teluk sebagai landasan peluncuran untuk invasi Irak 2003.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memuji Emir sebagai "simbol kebijaksanaan dan kemurahan hati yang luar biasa, utusan perdamaian, pembangun jembatan".

Baca: Marzuki Badriawan: Gol Widodo ke Gawang Kuwait tahun 1996 Layak Menjadi Gol Terindah Piala Asia

SUKSESI HALUS

Dinar Kuwait jatuh terhadap dolar di pasar pada Selasa (29/9/2020) dan saham Kuwait jatuh, menjelang pengumuman resmi kematian Emir.

Di bawah konstitusi Kuwait, putra mahkota secara otomatis menjadi emir tetapi memegang kekuasaan hanya setelah mengambil sumpah di parlemen, yang pemilihannya jatuh tempo tahun ini.

Suksesi ini tidak diharapkan untuk mempengaruhi kebijakan minyak atau strategi investasi asing melalui Kuwait Investment Authority, salah satu dana kekayaan berdaulat terbesar di dunia.

"Emir baru akan naik takhta menghadapi beberapa tantangan berat, termasuk krisis coronavirus, harga minyak yang rendah, dan politik luar negeri yang rumit," kata Capital Economics yang berbasis di London dalam sebuah catatan penelitian.(Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas