Jika Trump Menang Pemilu AS 2020, PM Palestina: Tuhan Tolong Kami dan Seluruh Dunia
PM Palestina Mohammad Shtayyeh buka suara mengenai Pemilu AS 2020, terutaa jika Donald Trump menang dalam pemilihan November 2020 mendatang.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh buka suara mengenai Pemilu AS 2020, terutaa jika Donald Trump menang dalam pemilihan November 2020 mendatang.
Menurut PM Palestina, kemenangan Trump akan menjadi bencana bagi rakyatnya dan seluruh dunia.
Mengutip Al Jazeera, komentar tersebut dibuat pada saat pertemuan PM Palestina dengan legislator Eropa pada Selasa, (13/10/2020).
Shtayyeh mengatakan, dalam empat tahun pemerintahan Trump, dia mengklaim Palestina mengalami kerugian.
"Jika kita akan hidup empat tahun lagi dengan Trump, Tuhan tolong kami, Tuhan membantu Anda dan membantu seluruh dunia," kata PM Palestina tersebut.
Baca juga: Jokowi Diminta Konkretkan Pidatonya soal Kemerdekaan Palestina Seperti Pidato Bung Karno Tahun 1960
Baca juga: 19 Relawan MER-C untuk Misi Pembangunan RS Indonesia (RSI) Tahap 2 di Palestina Tiba di Tanah Air
Komentar ini juga dia sampaikan dalam pidato di Parlemen Eropa yang digelar secara virtual.
Selain di kesempatan tersebut, PM Palestina juga mengunggah komentar ini dalam halaman Facebook miliknya.
"Jika beberapa hal berubah di Amerika Serikat, saya pikir ini akan mencerminkan dirinya (Trump) secara langsung dalam hubungan Palestina-Israel," kata Shtayyeh.
Dia menambahkan, kemenangan Trump atau perubahan yang akan dibawa dalam masa kepemimpinan Trump juga hubungan bilateral Palestina-Amerika.
Baca juga: Donald Trump Dites Negatif Covid-19, Gedung Putih: Dia Tidak Menulari Orang Lain
Baca juga: Anak Donald Trump: Ayah Saya Kehilangan Banyak Uang untuk Calonkan Diri Sebagai Presiden
Trump dan konflik Israel-Palestina
Lebih jauh, komentar PM Palestina menunjukkan rasa putus asa dari Palestina setelah serangkaian langkah kontroversial Washington.
Termasuk pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel pada akhir 2017 lalu.
Para pemimpin Palestina memandang Yerusalem Timur yang diduduki sebagai Ibu Kota Negara di masa depan pada saat itu mengatakan, AS tak lagi menjadi orang ketiga yang jujur dalam negosiasi.
Setelah itu, AS menutup kantor misi Organisasi Pembebasan Palestina di Washington sebagai tanggapan atas penilakan Otoritas Palestina untuk mengadakan pembicaraan dengan pemimpin AS-Israel.