6 Hal yang Jadi Sorotan dalam Masing-masing Pertemuan Umum Donald Trump dan Joe Biden
inilah 6 hal yang menjadi sorotan dalam masing-masing pertemuan umum Donald Trump dan Joe Biden.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Debat kedua antara calon Presiden Amerika Serikat 2020 Donald Trump dan Joe Biden memang telah dibatalkan.
Namun sebagai gantinya, keduanya menggelar pertemuan umum secara terpisah di waktu yang bersamaan.
Donald Trump menggelar rapat umum di Florida, sedangkan Joe Biden di Philadelphia.
Sama-sama dimulai Kamis (15/10/2020) pukul 20.00 malam waktu sempat, penonton dipaksa memilih salah satu channel atau bergonta-ganti antara ABC dan NBC demi bisa menyaksikan keduanya.
Meski tidak "berduel" secara langung, tapi masih ada momen drama yang diucapkan maupun dilakukan kedua kandidat.
Baca juga: Batal Debat, Donald Trump dan Joe Biden Gelar Pertemuan Umum di Tempat Berbeda dalam Waktu yang Sama
Baca juga: Mendadak Twitter Tak Bisa Diakses di Seluruh Dunia Jelang Debat Trump dan Joe Biden di Balai Kota
Seperti yang dilansir The Guardian, inilah 6 hal yang menjadi sorotan dalam masing-masing pertemuan umum Donald Trump dan Joe Biden.
1. Joe Biden lebih nyaman dalam rapat umum, Trump tidak terlalu
Entah karena merasa lebih tenang atau merasa tidak dikendalikan, Joe Biden tampak lebih nyaman dalam format rapat umum daripada suasana debat.
Biden tampak lebih energik dan jawabannya bijaksana, meskipun kadang-kadang menjadi terlalu miring.
Hal itu berbeda dengan Donald Trump, yang jelas-jelas merasa frustrasi selama rapat umumnya.
Presiden terlihat marah saat berbicara dengan moderator, Savannah Guthrie.
Ia juga merasa frustrasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan lanjutannya.
2. Trump tetap tidak mengutuk QAnon
Pada momen penting malam itu, Trump sekali lagi menahan diri untuk tidak mengutuk QAnon.
QAnon merupakan teori konspirasi internet yang menyebut ada komplotan besar tokoh-tokoh terkenal yang terlibat dalam lingkaran pedofilia.
Teori itu sebenarnya tidak memiliki dasar yang jelas.
Trump, seperti yang telah ia lakukan sebelumnya, membantah mengetahui tentang teori itu.
Namun ia juga mengatakan dia tahu penganutnya menentang pedofilia.
"Saya tahu mereka sangat menentang pedofilia. Mereka melawannya dengan sangat keras. Tapi saya tidak tahu apa-apa tentang itu," kata Trump.
Saat didesak, Trump tetap enggan mengkritisi gerakan konspirasi tersebut.
3. Biden terbuka pada court-packing (menambah juri di pengadilan)
Biden sebelumnya tidak berencana untuk mendukung penambahan kursi ke mahkamah agung.
Tetapi kini ia menyarankan untuk lebih banyak keterbukaan daripada sebelumnya.
Biden ditanya soal penambahan kursi ke mahkaman agung oleh moderator George Stephanopoulos.
Biden berpendapat bahwa hakim baru harus diangkat setelah pemilihan 3 November.
Tetapi ketika didesak apakah dia akan mempertimbangkan untuk menambahkan kursi ke pengadilan tinggi jika calon Trump, Amy Coney Barrett, dikonfirmasi, Biden berkata: "Saya terbuka untuk mempertimbangkan apa yang akan terjadi sejak saat itu."
Itu adalah indikator paling jelas bahwa dia bermaksud untuk memperjelas rencananya tentang masalah ini sebelum hari pemilihan.
4. Guthrie bermain dengan baik
Pembawa acara NBC, Savannah Guthrie datang dengan perlengkapan matang untuk menekan Trump.
Ia memiliki pertanyaan lanjutan.
Guthrie siap untuk mengeluarkan pernyataan palsu Trump dan klaim yang salah.
Ketika ditanya tentang program Deferred Action for Childhood Arrivals (Daca), Trump mengatakan, pemerintahannya akan "mengurus" itu.
Tetapi kemudian Guthrie menunjukkan bahwa pemerintahan Trump secara metodis telah melemahkan program tersebut.
Trump menyalahkan pandemi virus corona dan jumlah kasus di Meksiko yang menyebabkan penurunan program tersebut.
Itu hanyalah salah satu dari banyak insiden.
Ada saat di mana Guthrie memojokkan Trump soal cara pemerintahannya mengatasi virus corona.
5. Trump tidak begitu paham soal virus corona
Donald Trump terlihat tidak mengerti soal tingkat keparahan atau spesifikasi pandemi virus corona.
Ia meremehkan keseriusannya.
Trump juga secara keliru mengatakan ada sebuah studi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yang menemukan bahwa "85% orang yang memakai masker terinfeksi Covid-19".
Guthrie menyangkal, menyebut bahwa bukan itu yang ditemukan dalam penelitian tersebut.
6. Trump tidak meminta maaf untuk apa pun
Trump menolak untuk meminta maaf atau mengakui kesalahan apa pun.
Ia menolak untuk mengakui bahwa pemerintahannya sebenarnya bisa berbuat lebih banyak untuk mengurangi penyebaran virus corona.
Ia menolak untuk meminta maaf karena me-retweet tweet yang menunjukkan bahwa Navy Seal yang terlibat dalam penggerebekan yang mengakibatkan kematian Osama bin Laden sebenarnya menewaskan seorang body double-nya Bin Laden.
Ia juga menolak untuk menjelaskan secara spesifik kapan pertama kali dites positif Covid-19.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)