Presiden dan Ketua Parlemen Kyrgyzstan Mundur, Perdana Menteri Baru Ambil Alih Kekuasaan
Transisi cepat tampaknya mengakhiri lebih dari seminggu kekacauan dan kerusuhan yang terjadi setelah pemilu yang disengketakan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
Sejak pemilu, para pendukung oposisi telah turun ke jalan dan merebut gedung-gedung pemerintahan, mendorong pihak berwenang untuk membatalkan hasil pemilu.
Japarov yang menjalani hukuman karena berusaha menculik politisi lain selama kerusuhan pada 2013, dibebaskan dari penjara oleh para pendukungnya pekan lalu.
Baca juga: Bukan Cuma Armenia-Azerbaijan yang Berperang, Pasukan Asing Juga Ikut Terlibat, dari Mana Mereka?
Seorang hakim kemudian memiliki keyakinan, dan faksi-faksi parlemen memilih Japarov menjadi perdana menteri.
Jeenbekov mengumumkan pekan lalu bahwa ia berencana untuk mengundurkan diri, tetapi kemudian mengatakan dia akan tetap menjabat sampai pemilu baru diadakan.
Namun Japarov menolak penundaan itu dan menekannya untuk segera mengundurkan diri dari kursi presiden.
"Presiden tidak bisa terus bertahan. Dia sangat lemah. Tidak ada semangat," kata Dastan Bekeshev, anggota parlemen yang tidak mendukung Jeenbekov maupun Japarov, kepada Reuters.
Kyrgyzstan menjadi tempat pangkalan militer Rusia dan tambang emas besar milik Kanada.
Moskow, yang menganggap bekas pecahan Soviet sebagai lingkup pengaruhnya, telah mengatakan akan bertanggung jawab untuk memastikan stabilitas keamanan negara itu.
Rusia mengatakan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov telah berbicara melalui telepon kepada Menlu Kyrgyzstan, Ruslan Kazakbayev, dan berjanji untuk membantu "otoritas yang sah" untuk menstabilkan situasi.
Panggilan Lavrov dapat dilihat sebagai pengakuan atas legitimasi Japarov.(Reuters)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.