Pemerintah Prancis Akan Usir Ratusan Pendatang yang Teradikalisasi
Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan para radikalis di Prancis tidak akan bisa tidur nyenyak.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Tidak jelas apakah orang-orang ini juga merupakan bagian dari rencana deportasi. Tersangka utama ditemukan tak jauh dari lokasi korban.
Ia membawa pisau yang dipakai membunuh. Saat polisi dating, ia menolak membuang senjata tajam. Saat bergerak menyerang, polisi menembak mati tersangka.
Menurut laporan media Prancis yang mengutip jaksa anti-terorisme negara itu, Jean-Francois Ricard, sebuah teks yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu dan foto Paty ditemukan di telepon tersangka.
Sebuah akun Twitter yang diyakini milik tersangka berisi postingan dengan foto kepala korban yang dipenggal dan pesan ia telah membunuh musuhnya.
Pada Minggu, para pemimpin politik, asosiasi dan serikat pekerja berdemonstrasi di Paris dan kota-kota besar lainnya.
Mereka menyerukan dukungan kebebasan berbicara dan memberikan penghormatan kepada Paty, yang telah menjadi target ancaman online untuk menayangkan karikatur tersebut.
Seorang juru bicara Kedutaan Besar Rusia di Prancis, Sergey Parinov, mengatakan pada Sabtu, tersangka telah tinggal di Prancis bersama keluarganya secara hukum sejak 2008.
Pernyataan Keras Presiden Emmanuel Macron
Presiden Prancis Emmanuel Macron telah memperingatkan orang-orang berpaham radikal Islam di Prancis tidak akan tidur nyenyak.
Pernyataan keras Macron itu disampaikan dalam pertemuan Dewan Pertahanan Prancis, Senin (19/10/2020) pagi WIB, atau Minggu malam waktu Paris.
Laporan diwartakan saluran BFMTV, dikutip Sputniknews.com, Senin (19/10/2020). "Para Islamis tidak akan tidur nyenyak di Prancis. Ketakutan akan berpindah," kata Macron.
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov mengutuk serangan terhadap guru bahasa Prancis itu, mendesak penyelidik Prancis pada hari Sabtu untuk tidak mencari "jejak Chechnya".
Kadyrov menekankan penyerang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya dan kemungkinan besar menjadi radikal saat ada di Prancis.
Ribuan orang sepanjang Minggu waktu Prancis berdemonstrasi sebagai wujud solidaritas atas meninggalnya guru sejarah itu. Pada Sabtu, ratusan orang meletakkan mawar putih di depan sekolah tempat ia mengajar.