Pemenggalan Kepala Guru Prancis: 15 Orang Ditahan, Termasuk 4 Siswa Sekolah
Sekira 15 orang ditahan, termasuk empat siswa sekolah terkait dengan pemenggalan kepala guru di Prancis, Samuel Paty (47)
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pembunuhan brutal mengejutkan Prancis.
Sekira 15 orang ditahan, termasuk empat siswa sekolah terkait dengan pemenggalan kepala guru di Prancis.
Korban tewas bernama Samuel Paty (47), yang sebelumnya menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya.
Mengutip dari BBC, tahanan lainnya termasuk empat anggota keluarga tersangka.
Polisi melakukan penggerebekan sekira 40 rumah tersangka pada Senin (19/10/2002), diperkirakan ada lebih banyak penggerebekan yang dilakukan pihak berwenang.
Seorang pria bernama Abdoulakh A yang berusia 18 tahun ditembak mati oleh polisi pada Jumat (18/10/2020), setelah membunuh Paty di dekat sekolahnya di Conflans-Sainte-Honorine, pinggiran barat laut Paris.
Baca juga: Pemerintah Prancis Akan Usir Ratusan Pendatang yang Teradikalisasi
Baca juga: Presiden Emmanuel Macron Peringatkan Kelompok Berpaham Radikal di Prancis
Kematian guru tersebut membawa puluhan ribu orang turun ke jalan di seluruh negeri pada Minggu (18/10/2020) untuk memberikan penghormatan kepada Samuel Paty.
Dalam aksi unjuk rasa tersebut, mereka menyuarakan kebebasan berbicara.
Upacara penghormatan terakhir untuk Samuel Paty akan diadakan di Universitas Sorbonne di Paris pada Rabu (21/10/2020) yang akan datang.
Apa yang terbaru dari investigasi?
Narasumber dari pengadilan mengatakan kepada AFP, empat siswa sekolah diduga membantu mengidentifikasi Paty dengan imbalan dari tersangka telah ditahan.
Kakek, orang tua, dan saudara laki-laki berusia 17 tahun dari tersangka juga ditahan tak lama setelah serangan mengerikan itu.
Ayah dari seorang murid yang dilaporkan meluncurkan kampanye online melawan Paty dan seorang pengkhotbah yang digambarkan oleh media Prancis sebagai seorang Islam radikal termasuk di antara enam orang yang ditangkap pada hari Sabtu.
Menteri Dalam Negeri Gérald Darmanin menuduh kedua pria itu mengeluarkan "fatwa" terhadap guru itu.
Darmanin mengatakan polisi akan mewawancarai sekitar 80 orang yang diyakini telah mengirim pesan untuk mendukung pembunuhan itu.
"Kami ingin mengganggu dan menggoyahkan gerakan ini dengan cara yang sangat ditentukan," kata narasumber Kementerian Dalam Negeri kepada AFP.
Pemerintah juga mengatakan sedang menyelidiki 51 asosiasi Muslim Prancis.
Dikatakan, jika ada yang ditemukan mempromosikan kebencian, mereka akan ditutup.
Baca juga: Masuk Pasar Indonesia, Ponsel Asal Prancis Ini Meluncurkan dengan 3 Tipe Sekaligus
Mengapa Samuel Paty menjadi sasaran?
Jaksa anti-terorisme Jean-François Ricard mengatakan, Paty telah menjadi sasaran ancaman sejak dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas tentang kebebasan berbicara pada awal Oktober.
Seperti yang telah dia lakukan dalam pelajaran serupa dalam beberapa tahun terakhir, Paty, seorang guru Sejarah dan Geografi.
Paty menyarankan siswa Muslim untuk meninggalkan ruangan jika mereka pikir mereka akan tersinggung.
Sebagaimana diketahui, penggambaran Nabi Muhammad dapat menyebabkan pelanggaran serius bagi umat Islam karena tradisi Islam secara eksplisit melarang gambar Muhammad dan Allah (Tuhan).
Masalah ini sangat sensitif di Prancis karena penerbitan kartun Nabi Muhammad yang terkenal oleh majalah satir Charlie Hebdo.
Pengadilan saat ini sedang berlangsung atas pembunuhan 12 orang oleh ekstremis Islam di kantor majalah tersebut pada tahun 2015.
Beberapa Muslim Perancis mengatakan, mereka sering menjadi sasaran rasisme dan diskriminasi karena keyakinan mereka.
Ini merupakan sebuah masalah yang telah lama menimbulkan ketegangan di negara tersebut.
Apa yang terjadi dalam serangan hari Jumat?
Abdoulakh A diketahui merupakan seorang Chechnya berusia 18 tahun.
Dia lahir di Moskow, yang telah tinggal di kota Évreux di Normandia, sekitar 100 kilometer dari lokasi pembunuhan.
Dia tidak memiliki hubungan yang diketahui dengan Paty atau sekolahnya.
Ricard mengatakan,tersangka pergi ke sekolah di Conflans-Sainte-Honorine pada Jumat sore dan meminta siswa untuk menunjukkan gurunya.
Tersangka mengikuti Paty saat dia berjalan pulang kerja.
Dia kemudian menggunakan pisau untuk menyerang Paty, sebelum memenggalnya.
Saksi mata mengatakan, mendengar tersangka berteriak "Allahu Akbar", atau "Tuhan Maha Besar".
Ketika polisi menanggapi tempat kejadian dan menghadapinya, dia menembaki mereka dengan senapan angin.
Petugas membalas tembakan, memukulnya sembilan kali.
Pisau sepanjang 30 sentimeter ditemukan di dekatnya.
Pihak berwenang mengatakan pria itu pernah ke pengadilan di masa lalu tetapi hanya dengan tuduhan pelanggaran ringan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)