Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pria di Malaysia Dijuluki Pahlawan karena Punguti Sampah, Berjalan 10 km Meski Derita Kanker Tulang

Pria 42 tahun di Malaysia dijuluki sebagai "pahlawan" karena kebiasaannya memunguti sampah-sampah di daerahnya.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
zoom-in Pria di Malaysia Dijuluki Pahlawan karena Punguti Sampah, Berjalan 10 km Meski Derita Kanker Tulang
Sinar Harian & Utusan
Pria di Malaysia Dijuluki Pahlawan karena Punguti Sampah, Berjalan 10 km Meski Derita Kanker Tulang 

TRIBUNNEWS.COM - Pria 42 tahun di Malaysia dijuluki sebagai "pahlawan" karena kebiasaannya memunguti sampah-sampah di daerahnya.

Umat Usman atau yang lebih dikenal sebagai Pak Long, mengaku tak tahan melihat sampah-sampah di jalanan.

Ia lalu memulai rutinitasnya memungut sampah untuk membersihkan lingkungan dan berujung menjadi sumber pendapatannya.

Pak Long memunguti sampah-sampah seperti pembungkus makanan, kantong plastik dan kaleng-kaleng.

Menurut Bernama, Pak Long memulai mengambil sampah dengan berjalan di sepanjang pantai Kuala Perlis.

Ia berjalan sepanjang 10 km tiap hari setelah salat Subuh.

Baca juga: Sampah yang Dibuang ke Kalimalang Ternyata Berisi Udang & Ikan, Pelaku: Makanan Sisa Ultah Anak

Baca juga: Kisah Pilu TKW Asal Indramayu: Meninggal di Malaysia & Agen Minta Rp 32 Juta untuk Pulangkan Jenazah

Umat Usman, atau yang lebih dikenal sebagai Pak Long
Umat Usman, atau yang lebih dikenal sebagai Pak Long (Utusan)

"Saya tidak ambil pusing jika orang menyebut saya orang aneh tapi saya punya alasan sendiri untuk mengumpulkan sampah," ujar Pak Long kepada Bernama.

Berita Rekomendasi

"Sampah mungkin tampak tidak berharga tapi Anda bisa mendapatkan uang dengan menjual botol bekas, kaleng dan sampah lainnya."

Pak Long menambahkan bahwa dia berhasil mengumpulkan hingga 116 kg botol plastik dan kaleng setiap bulan.

Ia bisa mendapatkan sekitar RM203 (Rp715 ribu) untuk daur ulang.

"Kalau dihitung dalam Ringgit, itu tidak sebanding."

"Mungkin tidak banyak dan tidak sepadan dengan yang lain."

"Saya hanya bisa mendapatkan sekitar RM200 dari 100 kg sampah yang saya kumpulkan setiap bulan."

"Meski begitu, saya puas dan sekaligus bisa menyelamatkan lingkungan."

Umat Usman, atau yang lebih dikenal sebagai Pak Long
Umat Usman, atau yang lebih dikenal sebagai Pak Long (Sinar Harian)

Terlepas dari kenyataan bahwa dia menderita kanker tulang, Pak Long tetap teguh pada perannya untuk menyelamatkan lingkungan.

Ia juga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengajak masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan di pantai.

Sampah di pantai akan mencemari laut dan nelayan juga akan mengalami dampaknya.

"Beberapa nelayan di sini mengeluh bahwa mereka mendapatkan lebih banyak sampah daripada ikan di jaring ikan mereka," katanya.

Sementara itu, Direktur Perlis Environment Department (DOE), Azman Shah Ismail tidak hanya memuji tindakan Pak Long, tetapi juga mengimbau masyarakat untuk berbagi inisiatif dalam membantu mempromosikan kelestarian lingkungan.

Viral Kisah Nenek 63 Punguti Sampah Pendaki di Merbabu, Hasilnya Dijual untuk Bersedekah

Kisah inspiratif serupa juga ada di Indonesia.

Kisah seorang nenek berumur 63 tahun yang memulung sampah dari pendaki di Gunung Merbabu, Jawa Tengah viral di media sosial pada September lalu.

Cerita nenek tersebut pertama kali dibagikan lewat video singkat yang diunggah oleh akun Instagram @kitabisa.com.

Unggahan itu memperlihatkan seorang nenek yang tengah mengendong bungkusan besar yang berisi sampah plastik.

Diinformasikan sang nenek setiap harinya naik dan turun gunung untuk mengendong hasil memulungnya seberat 30-40 kilogram sampah.

Setelah terkumpul, sampah-sampah itu kemudian dijual ke pengepul untuk memenuhi kehidupan nenek ini.

Kehebatan nenek yang bernama Mbah Bingah, uang hasil memulungnya juga dibagikan kepada siapa saja yang membutuhkan.

Hingga hari Rabu (16/9/2020), video ini telah ditonton ratusan ribu kali dan menuai komentar positif dari para warganet.

Baca: Mahasiswa Unesa Tertekan & Harus Diterapi Gegara Video Ospek Viral, Pihak Kampus Ambil Langkah Ini

Baca: VIRAL Pendaki Wanita Petik Bunga Edelweis di Gunung Lawu, Tak Peduli soal Aturan: Cuma Dikit

Konfirmasi Tribunnews

Aktivitas Mbah Bingah saat memulung sampah para pendaki
Aktivitas Mbah Bingah saat memulung sampah para pendaki (Dokumentasi Yayasan Anugerah Tuhan Hafara)

Berdasarkan penelusuran Tribunnews, Mbah Bingah merupakan warga Selowangan, Selo, Boyolali, Jawa Tengah.

Usianya yang tak lagi muda, tidak menyurutkan semangatnya untuk bekerja.

Sehari-hari ia bekerja sebagai buruh tani di kampungnya.

Selain sebagai buruh tani, Mbah Bingah juga menghabiskan waktunya untuk membersihkan gunung Merbabu dari sampah-sampah botol plastik pendaki.

Sejak pukul 7 simbah berangkat mendaki.

Di sepanjang jalur pendakian, Mbah Bingah mengumpulkan botol-botol plastik yang dibuang secara sembarangan oleh pendaki.

Saat sore hari Mbah Bingah turun sambil membawa botol plastik minuman sekitar 30-40 kg.

Sampah itu ia gendong di punggungnya, hingga terlihat menggunung.

Ketika pengepul datang, Mbah Bingahmenjual dengan harga Rp 500,00 per kilogram.

"Saya mencari barang bekas supaya Merbabu bersih serta ngalap berkah Gusti."

"Tapi semenjak pandemi ya saya bingung harus bersyukur atau sedih, karena nggak ada sampah yang bisa saya punguti," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (16/9/2020).

Mbah Bingah mengaku senang melakukan kegiatan memungut sampah di Gunung Merbabu.

"Di sisi lain Merbabu jadi bersih, tapi di sisi lain saya kehilangan mata pencaharian."

"Belum lagi, biasanya saya mengumpulkan barang bekas untuk berbagi sesama lansia di sini," imbuhnya.

Baca: Video Senior Marahi Maba saat Ospek Viral di Media Sosial, Unesa Beri Layanan Konseling

Baca: VIRAL Ahli Gizi Ungkap Beragam Kisah Duka saat Menangani Pasien Covid-19, Begini Pengakuannya

Mbah Bingah saat berbagi
Mbah Bingah saat berbagi (Dokumentasi Yayasan Anugerah Tuhan Hafara)

Mbah Bingah melanjutkan ceritanya, dari uang upah senilai Rp 15.000,00 ia gunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan suaminya.

Diketahui juga sang suami sudah tidak mampu bekerja.

Mbah Bingah hanya tinggal di gubuk yang sangat sederhana bersama sang suami.

Keduanya tidak memiliki keturunan yang membuat masa tuanya semakin pilu.

Meskipun penghasilannya tak seberapa dan tidak ada yang membantu mencari uang.

Dirinya masih menyisihkan hasil lainnya untuk berbagi terhadap sesama.

Mbah Bingah mengajarkan bahwa usia bukan penghalang untuk mencintai alam dan kehidupan.

Ia merawat bumi sekaligus bersedekah kepada yang membutuhkan.

Untuk terus memberikan manfaat kepada sesama, Mbah Bingah bersama Yayasan Anugerah Tuhan Hafara melakukan penggalangan dana.

Bagi pembaca Tribunnews bisa membantu dengan berdonasi di link berikut ini:  https://kitabisa.com/campaign/hafarauntuklansiapelosok 

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Endra Kurniawan)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas