Putus Asa, Hidup Makin Berat di Masa Pandemi, Warga Miskin di Myanmar Makan Tikus dan Ular
Kehidupan warga miskin di Myanmar makin sulit saat pandemi covid-19 melanda dunia, termasuk negara tersebut.
Editor: Willem Jonata
Lebih dari seperempat di antaranya terpaksa berutang untuk membeli makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya.
Sektor-sektor yang mendorong industralisasi di Myanmar, termasuk garmen dan pariwisata, telah terhenti.
Gerard Mccarthy, seorang peneliti di Asia Research Institute Singapura, mengatakan banyak keluarga yang sudah berutang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Banyak yang harus melunasi pinjaman ini sebelum mereka dapat mulai mengeluarkan uang untuk keperluan apapun,” kata Mccarthy.
Seorang sejarawan Myanmar, Thant Myint-U, mengecam karena tidak adanya jaring pengaman sosial yang layak dan runtuhnya sistem kesejahteraan tradisional desa.
“Bagi puluhan juta orang miskin Myanmar, tidak ada yang lain selain ke pasar, yang pada saat yang baik memberikan peluang untuk pekerjaan informal di kota atau migrasi ke luar negeri tetapi selama masa sulit meninggalkan yang termiskin dengan hanya memiliki sedikit baju di punggung mereka,” kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Dihantam Pandemi dan Krisis Parah, Warga Miskin Myanmar Makan Tikus