Putus Asa, Hidup Makin Berat di Masa Pandemi, Warga Miskin di Myanmar Makan Tikus dan Ular
Kehidupan warga miskin di Myanmar makin sulit saat pandemi covid-19 melanda dunia, termasuk negara tersebut.
Editor: Willem Jonata
Namun, banyak di antara mereka yang kehilangan pekerjaan dan orang-orang menjadi lebih putus asa.
Myat Min Thu, anggota parlemen partai yang berkuasa untuk daerah tersebut, mengatakan bantuan pemerintah dan sumbangan dari kantong pribadi sedang didistribusikan.
Kendati demikian, dia mengakui bahwa tidak semua orang mendapatkan bantuan tersebut.
Krisis telah membayangi pemilihan umum Myanmar yang direncanakan pada 8 November.
Meski demikian, Aung San Suu Kyi diperkirakan masih akan memenangi pemilihan umum dengan selisih suara yang cukup.
Tak Ada yang Lain Selain ke Pasar
Bahkan sebelum pandemi, sepertiga dari 53 juta orang Myanmar dianggap "sangat rentan" untuk jatuh ke dalam kemiskinan.
Meskipun baru-baru ini, ada kemajuan setelah negara itu bangkit dari pemerintahan junta militer yang menghancurkan selama beberapa dekade.
Sekarang, tekanan finansial semakin mengancam untuk menjerumuskan banyak orang kembali ke dalam kemiskinan atau menekan peluang mereka untuk keluar dari kemiskinan.
Pada September, Bank Dunia memprediksi kemiskinan di kawasan Asia Timur dan Pasifik akan meningkat untuk pertama kalinya sejak 20 tahun terakhir karena Covid-19.
Baca juga: Di Tengah Pandemi Justru Home Center Jepang Perebutkan Shimachu
Sekitar 38 juta orang diperkirakan akan tetap berada atau didorong kembali ke dalam jurang kemiskinan.
Pemerintah Myanmar telah memberikan paket makanan satu kali dan hibah uang tunai sebanyak tiga kali masing-masing 15 dollar AS (Rp 219.000) kepada rumah tangga miskin.
Paket tersebut adalah bantuan agar rakyat miskin dapat kembali menyambung hidupnya. Namun mereka mengatakan bantuan tersebut gagal.
Sebuah survei yang dilakukan ONow Myanmar menemukan bahwa sekitar 70 persen dari 2.000 orang yang disurvei telah kehilangan pekerjannya.