Pilpres AS Tinggal Sepekan, 9 Negara Bagian Ini akan Menentukan Trump atau Biden yang Bakal Menang
Hasil Pilpres dapat mengerucut ke 9 negara bagian, yang akan sangat menentukan siapa pemenang antara Joe Biden dan Donald Trump.
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) tinggal sepekan lagi.
Calon presiden (capres) Partai Demokrat Joe Biden difavoritkan kuat akan mengalahkan petahana Republik Donald Trump, seminggu menjelang hari pemungutan suara pada 3 November.
Biden konsisten unggul meyakinkan di survei nasional dan survei swing states.
Tiga negara bagian Rust Belt yaitu Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan terus menjadi bahan sorotan oleh lembaga survei atau pollsters.
Kunci kemenangan pilpres 2020 ada di trio negara bagian industrial yang secara mengejutkan dimenangkan Trump pada pilpres 2016.
Baca juga: Trump Ngambek saat Wawancara di Acara 60 Minutes, Walk Out setelah Diberi Pertanyaan Sulit
Sama seperti minggu-minggu sebelumnya, Biden tidak tergoyahkan memimpin di negara bagian yang didominasi pemilih kulit putih berkerah biru itu.
Rataan survei oleh The New York Times memperlihatkan jarak keunggulan yang nyaman bagi Biden
Di Michigan, mantan Wakil Presiden AS itu memimpin dengan rataan 9 poin, sedangkan di Wisconsin dan Pennsylvania masing-masing 7 dan 6 poin.
Baca juga: Pemilu AS 2020: Meski Virus Corona Membayangi, Trump-Biden Masuki Pekan Terakhir Kampanye
Trump masih dapat menang jika lembaga survei melakukan kesalahan di mana terjadi polling error berskala besar yang salah menghitung atau meremehkan jumlah pendukung Trump.
Namun sejauh ini bahkan jika polling error menimpa Biden, dia masih akan memenangkan trio Rust Belt dengan rentang 5 poin di Michigan dan sangat tipis 1 poin di Wisconsin dan Pennsylvania.
Kemenangan ini ditambah dengan seluruh negara bagian yang dimenangkan Hillary Clinton pada pilpres 2016, akan memberikan suami Jill Biden itu 278 electoral votes, lebih dari minimal 270 yang diperlukan.
Pennsylvania khususnya adalah yang paling krusial. Tanpa Pennsylvania, jalan Trump untuk kembali terpilih hampir mustahil.
Berita buruk baginya adalah survei terbaru berakurasi tinggi dengan metode live interview dari Muhlenberg College, menunjukan petahana berusia 74 tahun itu tertinggal 7 poin yaitu 44 persen berbanding 51 persen.
Angka ini melanjutkan tren survei-survei lain di Keystone States di mana Biden digdaya di zona 50 persen, sedangkan Trump tidak kunjung beranjak dari angka 42-44 persen.
Bahkan jika Biden gagal menyapu trio Rust Belt, dia masih dapat merebut Gedung Putih dari tangan Trump melalui jalur kemenangan di swing states Sun Belt yaitu Carolina Utara, Florida, Arizona, Georgia, atau bahkan Texas.
Angka-angka survei menunjukan kedua capres bersaing sangat ketat di 5 negara bagian itu.
Referendum atas Trump
Resep semakin dekatnya kemenangan Biden adalah keberhasilannya menjadikan kampanye pilpres kali ini sebagai referendum atas 4 tahun kepresidenan Trump.
Biden dan cawapresnya Kamala Harris terus menggaungkan kepada pemilih sejumlah kekacauan dan kegagagalan pemerintahan Trump.
Tentunya tema yang paling sering diangkat kubu Demokrat adalah ketidakbecusan Trump menangani penyebaran pandemi virus corona.
Awal tahun sebelum virus dari kota Wuhan itu menerjang AS, Trump masih menyandang status favorit karena ekonomi AS yang tumbuh baik disertai rendahnya angka pengangguran.
Bahkan ketika itu banyak yang meragukan apakah Biden dapat memenangkan nominasi Demokrat. Tidak sedikit yang juga khawatir dia terlalu tua untuk menjadi presiden mengingat usianya yang saat ini 77 tahun.
Politisi kawakan dari Delaware itu juga sempat kesulitan mencari tema kampanye yang tepat untuk menarik hati pemilih selain ketidaksukaan akan tingkah laku Trump.
Namun Covid-19 mengubah segalanya. Ekonomi "Negeri Paman Sam” terjun bebas dan angka pengangguran meroket. Kegagalan Gedung Putih dan Kongres mencapai kompromi untuk menggelontorkan stimulus perangsang ekonomi memperburuk citra Trump di mata pemilih.
Isu virus corona dan perbedaan sikap Biden dan Trump menyikapi Covid-19 seperti dalam pemakaian masker, menjadi pertimbangan utama pemilih menentukan pilihannya.
Rataan terbaru agregasi hasil survei nasional oleh FiveThirtyEight, Selasa dini hari (27/10/2020), menunjukan Biden memimpin jauh dengan 52,3 persen, terpaut 9,5 poin dari Trump.
Pakar pemilu AS Nate Silver yang menjalankan simulasi model pilpres FiveThirtyEight memberikan peluang yang sangat tinggi, yaitu 87 persen kepada Biden untuk menyudahi 4 tahun pemerintahan Trump.
Simulasi Silver menunjukan Biden akan menang telak dengan 344 electoral votes berbanding 194 yang diproyeksikan diraih Trump. Secara popular vote, tidak berbeda dengan rataan survei nasional yaitu Biden 53,3 persen dan Trump 45,4 persen.
Angka ini akan menjadi kemenangan terbesar pada pilpres AS sejak Biden sendiri bersama mantan bosnya, Barack Obama, menyapu pilpres 2008 dengan 365 electoral votes dan 52,9 persen popular vote.
9 Negara Bagian Menjadi Kunci
Hasil akhir pemilihan presiden Amerika Serikat ( AS) pada 3 November dapat mengerucut ke 9 negara bagian, yang akan sangat menentukan siapa pemenang antara Joe Biden dan Donald Trump.
Pada pilpres 2016 Trump menggenggam kemenangan 6 negara bagian krusial yakni Florida, Pennsylvania, Michigan, North Carolina, Wisconsin, dan Arizona.
Akan tetapi di polling kali ini petahana dari Partai Republik itu tertinggal di 6 negara bagian tersebut, meski hanya dengan margin yang tipis di beberapa di antaranya.
Trump juga kalah tipis di tiga negara bagian lain yang dimenangkannya pada 2016, yaitu Georgia, Iowa, dan Ohio, menurut rata-rata polling dari RealClearPolitics (RCP).
Dilansir dari AFP Senin (19/10/2020), berikut adalah 9 negara bagian yang bakal jadi kunci untuk memenangkan pilpres AS 2020.
1. Pennsylvania
Negara bagian kelahiran Joe Biden ini memiliki peran terbesar di Rust Belt, wilayah utara-tengah yang sektor industrinya menurun dalam beberapa puluh tahun belakangan.
Relawan Trump coba menggaet hati pemilih di negara bagian ini dengan menyisir pinggiran kota dari pintu ke pintu.
Sementara itu di sisi Demokrat, mantan presiden Barack Obama akan tampil untuk pertama kalinya dalam kampanye pada Rabu (21/10/2020) di Philadelphia untuk Joe Biden, eks wapresnya.
Kota-kota besar di Pennsylvania diyakini akan memilih Biden, sedangkan daerah pedesaan di barat dan pusat yang konservatif dipercaya telah menjatuhkan pilihan ke Trump. Kemudian area pinggiran kotanya dan di wilayah timur laut akan sangat krusial.
2. Michigan
Michigan dimenangkan tipis oleh Trump pada 2016 dan diperebutkan dengan sengit tahun ini.
Trump sudah berkunjung ke negara bagian di Great Lakes ini untuk meyakinkan para calon pemilih lagi, tetapi mereka khawatir tentang dampak virus corona pada perekonomian dan tanggapan sang presiden.
Gubernur Gretchen Whitmer yang berasal dari Demokrat berulang kali silang pendapat dengan Trump, dan lockdown yang diterapkannya membuat kaum konservatif geram.
Para pemrotes yang membawa senjata menggelar demonstrasi di luar gedung DPR negara bagian musim panas ini, dan anggota kelompok sayap kanan ditangkap baru-baru ini karena hendak menculik gubernur.
3. Wisconsin
Hillary Clinton tidak berkampanye di Wisconsin pada 2016, dan ia mendapat balasannya dengan kalah di sana.
Tahun ini Demokrat memberi perhatian khusus pada Wisconsin, menggelar konvensi nasional mereka di sana meski diadakan online karena virus corona.
Trump dan Biden sama-sama sudah berkampanye di sana, sedangkan Wakil Presiden Mike Pence dan cawapres Kamala Harris juga sudah berkunjung.
4. Florida
Swing state terbesar di Sun Belt, yang berkembang pesat dalam populasi, pertanian, industri militer, dan banyak jumlah pensiunan.
Partai Republik berjuang keras mengamankan suaranya di sini, tapi Demokrat menuduh mereka menekan para pemilih terutama di masyarakat kulit berwarna.
Populasi Latin yang besar di Florida akan menjadi kuncinya, dan polling menunjukkan para senior menjauh dari Trump karena penanganannya terhadap pandemi.
Banyak pakar mengatakan Florida adalah benteng pertahanan Trump. Jika jebol, maka kemungkinan besar sang presiden harus angkat kaki dari Gedung Putih.
5. North Carolina
Negara bagian yang secara tradisional konservatif ini jatuh ke tangan Trump sebanyak 3 poin empat tahun lalu, tapi kondisinya sekarang bisa jadi berbeda.
Gubernur North Carolina yang merupakan politisi Demokrat populer mendapat banyak pujian atas penanganannya yang seimbang terhadap pandemi Covid-19.
Partai Republik mengadakan konvensi nasional mereka di sini, meski sebagian besar akhirnya online.
6. Arizona
Arizona menjadi benteng Republik selama beberapa dekade, tetapi pemilihnya sudah berubah, dengan komunitas Latin yang berkembang dan masuknya orang-orang California yang liberal.
Para pemilih konservatif memberi apresiasi atas upaya Trump membatasi imigran masuk dan membangun tembok besar di perbatasan dengan Meksiko.
Akan tetapi Trump merusak prospeknya sendiri dengan acapkali merendahkan senator John McCain yang mewakili Arizona. Janda McCain, Cindy McCain, sudah menyatakan dukungan ke Biden.
7. Iowa
Trump menang telak di Iowa empat tahun lalu dengan mengalahkan Hillary Clinton hampir 10 poin, tapi persaingan kali ini tampaknya bakal lebih ketat di sana.
Trump berkampanye di Iowa pekan lalu, menandakan dia akan mempertahankan negara bagian yang diharapkan bisa ia menangi.
8. Georgia
Belum ada orang Demokrat yang menang di Georgia sejak Bill Clinton pada 1992, tetapi beberapa tahun terakhir pilihan warganya lebih condong ke Demokrat.
Trump berkampanye di Georgia pada Jumat (16/10/2020), sebuah indikasi dia mungkin goyah di sana.
9. Ohio
Ohio dengan 18 suara electoral college adalah target besar.
Trump mengalahkan Hillary Clinton di Ohio dengan selisih 8,1 poin, tetapi polling menunjukkan persaingan ketat kali ini di negara bagian di Midwestern tersebut yang terkenal dengan industrinya.
Biden sudah berkunjung ke sana, dan saat menjadi wapres dia dipuji karena membantu menyelamatkan industri mobil AS.
Sumber: Kompas.com
Seminggu Jelang Pilpres AS, Joe Biden Favorit Kuat Kalahkan Trump
Pilpres AS 2020, Ini 9 Negara Bagian yang Bakal Jadi Kunci Kemenangan