Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gelombang Boikot Negara-negara Arab terhadap Produk-produk Perancis Dimulai

Seruan memboikot produk-produk asal Prancis tumbuh di sejumlah negara mayoritas Muslim.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Gelombang Boikot Negara-negara Arab terhadap Produk-produk Perancis Dimulai
Khalil MAZRAAWI / AFP
YORDANIA - Seorang pembelanja berjalan melewati produk Prancis yang disegel di balik penutup plastik di rak di supermarket di ibu kota Yordania, Amman, selama boikot produk Prancis pada 26 Oktober 2020. Seruan untuk memboikot barang-barang Prancis berkembang di dunia Arab dan sekitarnya, setelah Presiden Emmanuel Macron mengkritik kaum Islamis dan bersumpah untuk tidak "melepaskan kartun" yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW. Komentar Macron muncul sebagai tanggapan atas pemenggalan kepala seorang guru, Samuel Paty, di luar sekolahnya di pinggiran kota di luar Paris awal bulan ini, setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW selama kelas yang dia pimpin tentang kebebasan berbicara. 

Kasus pembunuhan Paty telah menghidupkan kembali ketegangan seputar sekularisme, Islamisme, dan Islamofobia di Prancis.

Bahkan akibat pernyataan kontroversial Macron, hubungan diplomatik dan ekonomi terhadap negara-negara Arab mungkin akan turut terganggu juga.

Kementerian di Prancis mengatakan reaksi pemboikotan mendistorsi pernyataan Presiden Macron untuk tujuan politik.

Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel saat menghadiri KTT G20 di Osaka, Jepang, 29 Juni 2019.
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel saat menghadiri KTT G20 di Osaka, Jepang, 29 Juni 2019. (AFP)

Pihaknya menyatakan bahwa: "Posisi yang dipertahankan oleh Prancis (adalah) mendukung kebebasan hati nurani, kebebasan berekspresi, kebebasan beragama, dan penolakan panggilan untuk kebencian."

Pernyataan juga menjelaskan soal kalimat Macron terkait memerangi Islamisme radikal.

"(Kebijakan Macron ditujukan untuk) memerangi Islamisme radikal dan melakukannya dengan Muslim Prancis, yang merupakan bagian integral dari masyarakat, sejarah, dan Republik Prancis," bunyi pernyataan itu.

"Kami tidak akan menyerah," cuit Macron Minggu lalu.

Berita Rekomendasi

"Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat perdamaian. Kami tidak menerima ujaran kebencian dan mempertahankan perdebatan yang masuk akal."

"Kami akan selalu berpihak pada martabat manusia dan nilai-nilai universal," tambahnya.

Kematian Paty memicu tindakan keras pada keamanan di Prancis, di mana para pejabat melakukan ujaran kebencian di media sosial dan organisasi yang kemungkinan terkait dengan Islamisme.

Paty menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya yang bersumber dari majalah satir Charlie Hebdo, dan menilainya sebagai tanggapan atas serangan teror pada media ini 2015 silam yang menewaskan 12 orang.

Macron dengan keras membela hak untuk menampilkan kartun semacam itu di Prancis pada acara peringatan Paty.

Prancis akan terus "debat yang penuh kasih, argumen yang masuk akal, kami akan menyukai sains, dan kontroversi-kontroversi itu," kata orang nomor satu di Prancis itu.

Baca juga: Buntut Kontroversi Macron, Presiden Erdogan Serukan Rakyat Turki Boikot Produk Prancis

Baca juga: Macron dan Kontroversi Kartun Nabi Muhammad yang Bikin Marah: Turki Serukan Boikot Produk Prancis

Turki Umumkan 2 Kematian Pertama Kasus Covid-19
Turki Umumkan 2 Kematian Pertama Kasus Covid-19 (AFP)

"Kami tidak akan melepaskan karikatur, gambar, bahkan jika orang lain mundur," tambahnya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas