Harga Minyak Tergelincir Gara-gara Cemas Soal Lockdown di Eropa dan Pilpres AS
minyak mentah Brent sempat tergelincir untuk hari ketiga, turun 60 sen atau 1,6 persen pada 37,05 dolar AS per barel kemarin setelah menyentuh level
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga minyak global turun lebih dari 1 persen pada hari Jumat ini, berada di jalur penurunan bulanan kedua di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa kenaikan kasus Covid-19 di Eropa dan Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) dapat mengganggu konsumsi bahan bakar.
Dari catatan Reuters, minyak mentah Brent sempat tergelincir untuk hari ketiga, turun 60 sen atau 1,6 persen pada 37,05 dolar AS per barel kemarin setelah menyentuh level terendah lima bulan di sesi sebelumnya.
Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 53 sen atau 1,5 persen menjadi 35,64 dolar AS per barel, turun ke level terendah sejak Juni.
"Sementara, penurunan hingga lebih dari 2 persen selama sesi Jumat karena "pasar cemas" atas lockdown baru di Eropa dan pemilu AS minggu depan," tulis Reuters, Jumat (30/10/2020).
Sementara, Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC+ dan sekutunya termasuk Rusia diperkirakan akan meningkatkan produksi mereka sebesar 2 juta barel per hari pada Januari 2021 sebagai bagian dari perjanjian produksi mereka.
Namun, produsen utama Arab Saudi dan Rusia mendukung untuk mempertahankan pengurangan produksi grup sekitar 7,7 juta barel per hari hingga tahun depan di tengah penguncian di Eropa. Sementara, Libya melanjutkan produksi.
Baca juga: Trump vs Biden: Siapa Untungkan Negara Berkembang?
Adapun OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 30 November dan 1 Desember untuk menetapkan kebijakan.
“Dengan perlambatan Eropa yang membahayakan konsumsi global dan kembalinya produksi Libya, tanggung jawab sekarang harus jatuh pada OPEC + untuk mempertimbangkan kembali peningkatan produksi 2 juta barel per hari mereka pada Januari 2021,” kata Jeffrey Halley, analis pasar senior, Asia Pasifik di OANDA untuk Singapura.
Disisi lain, kasus virus corona global naik dengan rekor sebanyak setengah juta orang terinfeksi pekan ini hingga mendorong pemerintah di seluruh Eropa untuk memberlakukan pembatasan mobilitas lagi untuk mencegah penyebaran.
Sementara adanya pengurangan mobilitas dan konsumsi bahan bakar di Eropa, permintaan di Amerika Serikat justru masih bertahan untuk saat ini.
"Mobilitas global menjadi semakin terpolarisasi di berbagai wilayah minggu ini," kata Mike Tran dari RBC Capital.
“Aktivitas diskresioner di Eropa melambat, sementara aktivitas mengemudi dan penerbangan di AS terus tercatat di level tertinggi sejak pandemi dimulai," lanjutnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.