Pernyataan Menlu AS di Jakarta Dibantah Keras Dubes China, Berikut Pernyataan Resmi Mereka
Menurutnya, AS justru meluncurkan apa yang disebut "Perang Dingin Baru", memprovokasi pertentangan ideologi.
Editor: Malvyandie Haryadi
Sebaliknya, pemerintah AS justru menerbitkan "Muslim Ban", yang melarangan Muslim untuk masuk AS, dengan mengabaikan hak dan kepentingan legal Palestina dalam konflik dengan Israel, membangkitkan "revolusi berwarna" di sejumlah negara Muslim, meluncurkan perang proksi, dan bahkan melakukan serangan langsung terhadap negara lain tanpa alasan valid.
"Semua ini mendatangkan instabilitas, konflik, perpecahan, dan penderitaan berkepanjangan bagi dunia Muslim," ucapnya.
AS adalah faktor paling berbahaya bagi perdamaian di Laut China Selatan
Laut China Selatan merupakan rumah bersama bagi negara-negara di kawasan.
Menurutnya, China telah bekerja sama dengan negara-negara di kawasan untuk memelihara perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan, mendorong kerja sama dan perkembangan, serta menyelesaikan pertikaian dengan sebaik-baiknya melalui konsultasi dan negosiasi bersahabat.
"Sedangkan AS, demi kepentingan hegemoni maritimnya, justru tidak pernah meratifikasi UNCLOS (Konvensi PBB tentang Hukum Laut), tetapi malah bertingkah sebagai pembela UNCLOS," ujar pihak China.
"Demi kepentingan geopolitiknya, AS juga terus-menerus memprovokasi konflik, memamerkan kekuatan militer, dan menciptakan ketegangan di Laut China Selatan," imbuhnya.
Langkah tersebut menurutnya adalah pendorong terbesar bagi militerisasi Laut China Selatan, dan merupakan faktor paling berbahaya yang menghancurkan perdamaian di Laut China Selatan.
AS adalah perusak kerja sama regional
"Strategi Indo-Pasifik" yang dicetuskan AS penuh nuansa konfrontasi militer dan mentalitas Perang Dingin.
Strategi ini berupaya membangun sesuatu yang disebut sebagai sebuah "NATO" baru versi kawasan Indo-Pasifik, yang akan dipimpin oleh AS sendiri.
Langkah ini bertentangan dengan semangat kerja sama yang saling menguntungkan di Asia Timur, menyerang posisi sentral dan kepemimpinan ASEAN dalam urusan regional, sekaligus merusak momentum positif kerja sama Asia Timur yang telah berlangsung sekian lama.
Langkah yang membalikkan sejarah ini merupakan ancaman besar bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.
Roda sejarah terus berputar, tren sejarah terus bergulung. Perdamaian dan kemajuan dunia adalah kecenderungan yang tidak mungkin diputar mundur kembali.