Perusahaan Migas Dunia Hancur Lebur, 400.000 Lebih Pekerja Kena PHK
Perusahaan minyak dan gas (migas) di seluruh dunia, khususnya Amerika Serikat (AS) mulai memecat pekerja untuk bertahan
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Johnson Simanjuntak
![Perusahaan Migas Dunia Hancur Lebur, 400.000 Lebih Pekerja Kena PHK](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/tambang-minyak-tradisional-di-langkat_20150425_163943.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan minyak dan gas (migas) di seluruh dunia, khususnya Amerika Serikat (AS) mulai memecat pekerja untuk bertahan dari perkiraan terhadap melemahnya permintaan.
Dari catatan Reuters, Exxon Mobil Corp mengatakan, akan memangkas tenaga kerjanya sebesar 15 persen atau sekira 14.000 orang, bersama dengan perusahaan minyak lainnya yakni Chevron Corp dan Royal Dutch Shell Plc.
"Secara keseluruhan, lebih dari 400.000 pekerjaan sektor minyak dan gas telah dipangkas tahun ini, menurut Rystad Energy. Ini dengan sekitar setengah dari pekerjaan tersebut di AS, di mana tempat beberapa perusahaan eksplorasi dan jasa minyak besar bermarkas," tulis Reuters, Jumat (30/10/2020).
Hancur leburnya perusahaan migas dunia gara-gara virus corona telah menghancurkan sebagian besar ekonomi global.
Perusahaan energi sudah berjuang dengan tingkat keuntungan yang lemah, terutama yang beroperasi di kawasan AS.
Baca juga: Harga Minyak Tergelincir Gara-gara Cemas Soal Lockdown di Eropa dan Pilpres AS
Di sisi lain, juga harus menggandakan pemotongan biaya karena investor menekan perusahaan untuk meningkatkan margin keuntungan.
"Realitas di era Covid-19 di seluruh industri minyak adalah penghematan dalam skala yang luar biasa. Tidak dapat dihindari fakta bahwa ini berarti, antara lain, kehilangan pekerjaan, ”kata Pavel Molchanov, analis di Raymond James.
Selain Exxon, Chevron, ada juga Woodside Petroleum Ltd Australia dan Cenovus Energy Inc Kanada yang semuanya mengumumkan rencana memangkas pegawai dalam beberapa pekan terakhir.
Sementara, permintaan bahan bakar global merosot lebih dari sepertiga di musim semi.
Meskipun konsumsi telah pulih, namun tetap lebih rendah dari tahun lalu dengan negara-negara ekonomi utama melanjutkan lockdown untuk menahan pandemi.
Adapun penurunan sangat parah di AS sebagai satu di antara tempat produsen minyak mentah terbesar di dunia.
Negara ini telah mencatat kematian terbanyak akibat virus corona dan kerusakan ekonomi hingga menyebabkan angka pengangguran menjadi sekira 8 persen.
"Selain itu, Menteri Energi AS. Dan Brouillette mengatakan, produksi minyak tidak mungkin untuk kembali ke puncak atau mendekati 13 juta barel per hari yang dicapai pada 2019," lanjut catatan Reuters.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.