Pilpres AS 2020: 4 Negara Asia yang Dukung Donald Trump Menang
Berikut ini Tribunnews rangkum empat negara di Asia yang mendukung Trump menang dalam Pilpres AS 2020 mendatang
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pemilihan Presiden AS tersisa dua hari lagi.
Pertarungan antara Donald Trump dengan Joe Biden menarik perhatian banyak kalangan.
Pada Pemilu AS 2020 ini, dukungan untuk kedua kandidat presiden datang dari berbagai pihak.
Donald Trump bukanlah presiden AS yang mendapatkan dukungan internasional.
Mengutip BBC, Donald Trump yang memakai kebijakan America First, secara terang-terangan 'menghina' separuh dunia dengan menggambarkan beberapa negara dan para pemimpin Eropa dan lainnya cukup buruk.
Baca juga: Pandangan DPR Soal Dampak Pilpres AS ke Indonesia
Baca juga: Ketua DPR AS Nancy Pelosi Yakin Joe Biden akan Terpilih sebagai Presiden pada Pilpres 3 November
Meski memiliki musuh besar seperti China, Trump masih mendapat dukungan sebagian dari negara di Asia.
Berikut ini Tribunnews rangkum empat negara di Asia yang mendukung Trump menang dalam Pilpres AS 2020 mendatang:
Hong Kong
Pertama, dukungan untuk Trump datang dari Hong Kong.
Hong Kong yang melihat sendiri tindakan keras Beijing pasca protes Undang-Undang Keamanan beberapa bulan lalu.
Untuk diketahui, Undang-Undang Keamanan baru tersebut diterapkan untuk menghukum siapa pun yang dianggap separatis atau merukan aturan Beijing.
"Ketika Donald Trump terpilih empat tahun lalu, saya pikir AS sudah gila," kata Erica Yuen kepada BBC.
"Saya selalu menjadi pendukung Demokrat. Sekarang, saya mendukung Trump," tambahnya.
Baca juga: Jelang Pilpres AS, Hillary Clinton Menjadi Anggota Electoral College di New York
Baca juga: Jelang Pilpres AS, Pompeo Temui Jokowi, Indef: Investor Justru Penasaran Jika Joe Biden Menang
Para aktivis dan pengusaha mengatakan, prioritas Hong Kong adalah presiden yang terpilih nantinya dapat "memukul Partai Komunis China (PKC) dengan keras".
Harapan ini dipicu kritik vokal Presiden AS Trump terhadap China, khususnya yang berkaitan dengan Hong Kong.
Di bawah masa jabatan Trump, Kongres telah mengeluarkan undang-undang yang mencabut status khusus Hong Kong dan memberikan perlakuan ekonomi preferensial karena AS mengatakan, Hong Kong tak lagi negara "otonom".
Semetara itu, rival Trump dalam Pilpres AS 2020 ini, Joe Biden tak tinggal diam.
Joe Biden juga berjanji untuk menghukum China atas tidnakannya terhadap Hong Kong dan menyebut Presiden China XI Jinping sebagai 'preman'.
Taiwan
Ketegangan antara China dan Taiwan telah meningkat.
Keduanya terpecah selama perang saudara pada 1940-an, tetapi Beijing berikeras, Taiwan akan direklamasi di beberapa titik.
Atas konflik ini, Washington mengatakan, resolusi apa pun harus dilakukan dengan damai.
"Sikap Donald Trump baik bagi kami dan bagus untuk memiliki sekutu seperti itu," kata Victon Lin, yang bekerja di e-commerce kepada BBC Taiwan.
"Ini memberi kami kepercayaan lebih dalam hal urusan luar negeri, secara militer dan perdagangan," tambahnya.
"Kami memiliki kakak laki-laki yang bisa diandalkan," tutur Victor Lin.
Baca juga: Siapa yang Diharapkan Putin Menangkan Pilpres Amerika Serikat, Trump atau Biden?
Baca juga: Harga Minyak Tergelincir Gara-gara Cemas Soal Lockdown di Eropa dan Pilpres AS
Diketahui, selama beberapa bulan terakhir, kedua pemerintah membuat langkah besar untuk menyelesaikan kesepakatan perdagangan internasional.
"Kesepakatan perdagangan seperti itu dengan AS akan memungkinkan Taiwan untuk menjauh dari ketergantungannya yang besar pada China," kata Lin.
Lebih lanjut, Lin mengaku khawatir jika Biden terpilih, dia tak akan mengambil langkah provokatif yang serupa dengan Trump untuk menghadapi kemarahan Beijing.
Secara umum, Biden dikenal sebagai pendukung keterlibatan dengan China.
Meski baru-baru ini, Biden dilaporkan mengubah prinsipnya tapi belum sampai ke telinga banyak orang Taiwan.
Vietnam
Baik Washignton dan Beijing telah berperang di Vietnam dalam 50 tahun terakhir.
Tetapi, negara Asia Tenggara itu tetap takut dengan "ancaman China".
Menurut jurnalis dan vlogger Linh Nguyen, pendukung Trump di Vietnam terbagi dalam dua kelompok.
Mereka yang menyukainya hanya karena hiburan dan glamour, dan mereka yang "mati-matian pendukung Trump" dan mengikuti politik AS.
Hal ini mereka lakukan karena percaya, seperti banyak orang di Hong Kong dan Taiwan dialah satu-satunya benteng melawan pemerintah Komunis di China dan Vietnam.
Baca juga: Mengenal Jill Biden dan Melania Trump, Istri Calon Presiden AS Joe Biden dan Donald Trump
Baik Trump mau pun Biden tidak menjelaskan strategi Vietnam, dan Trump telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa dia tidak akan terburu-buru untuk campur tangan dalam konflik dan perselisihan di negara lain.
Namun beberapa seperti aktivis politik Nguyen Vinh Huu percaya bahwa hanya seseorang seperti Trump "yang berani sampai ke titik sembrono dan bahkan agresi" yang benar-benar dapat membuat perbedaan.
"Dan itulah yang membedakannya dari para pendahulunya. Berurusan dengan China membutuhkan orang-orang seperti itu," katanya.
Ketika Donald Trump berkuasa, Vinh mengatakan, dia merasa dunia pada akhirnya akan "sadar akan bahaya China" dan "bentuk baru kapitalisme negara komunis".
Tapi kemudian ada juga keinginan untuk reformasi ekonomi dan politik di Vietnam, jauh dari pemerintahan satu partai komunis.
Secara pribadi, dia berharap sikap AS yang kuat terhadap PKT mungkin memiliki efek riak di seluruh wilayah - akhirnya mencapai Hanoi.
Jepang
Jepang telah lama dianggap sebagai mitra dan sekutu AS.
Tetapi, ketika Trump terpilih, banyak orang khawatir tentang dampak kebijakannya yang pertama di Amerika pada hubungan bilateral.
Dia membatalkan kesepakatan perdagangan multilateral trans-Pasifik segera setelah menjabat dan menegaskan Jepang harus membayar lebih banyak uang untuk mendukung pasukan AS yang ditempatkan di sana.
"Donald Trump adalah sekutu kami. Untuk Jepang, alasan terbesar kami mendukungnya adalah keamanan nasional," kata Yoko Ishii, seorang YouTuber yang membuat vlog dengan nama Random Yoko.
"Kami benar-benar menginginkan seorang pemimpin dari AS yang dapat melawan China secara agresif," katanya.
Baca juga: Sedikitnya 6028 Penerima Subsidi Pemerintah Jepang Ingin Mengembalikan Uangnya
Dia menambahkan, dirinya tidak berpikir siapa pun bisa begitu blak-blakan dan memiliki kehadiran yang kuat.
"Itu benar-benar harus Donald Trump," tegasnya.
Tetapi meskipun dia sangat mendukung Trump untuk tetap berada di Gedung Putih, pendukung vokal seperti dia adalah minoritas di Jepang.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.