Makanan Fukushima Jepang Sudah Normal Kembali, Bebas Radiasi Sejak 2019
Makanan dari Fukushima, baik buah, beras dan sebagainya sejak tahun 2019 sudah bebas dari radiasi akibat meledak pembangkit listrik tenaga nuklir
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Makanan dari Fukushima, baik buah, beras dan sebagainya sejak tahun 2019 sudah bebas dari radiasi akibat meledak pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) khususnya Reaktor Satu Fukushima 11 Maret 2011.
"Produk makanan dari Fukushima sudah normal sejak tahun lalu. Hasil penelitian dan monitoring radiasi atas produk pertanian termasuk ikan laut sudah baik sejak tahun lalu bahkan terus dimonitor sampai 29 Februari 2020 tetap baik tak berubah," papar Kenji Kusano, Dirjen Promosi Keamanan Pertanian Fukushima, Pusat Teknologi Pertanian Fukushima kepada Tribunnews.com Kamis lalu (29/10/2020).
Hasil penelitian sampai dengan 29 Februari 2020 baik buah, sayur, jamur, produk ikan laut dan sebagainya dari ribuan sampel yang diambil semuanya terbukti aman, tidak melebihi limit standar yang ditentukan badan kesehatan dunia (WHO).
Batasan yang diberikan WHO adalah 10Bq per liter untuk air laut. Sedangkan yang terdeteksi di Fukushima per September 2019 sudah mencapai 0,047Bq per liter, sangat rendah sekali.
"Radiasi udara pun di Fukushima sudah rendah sejak tahun lalu hingga kini," tambahnya.
Dicontohkannya selatan Fukushima misalnya kota Minamiaizu hanya 0,04 microsievert per jam, Shirakawa 0,06, Iwaki 0,06, Aizuwakamatsu 0,05, Minamisoma 0,06 dan Fukushima 0,13 microsievert per jam.
"Sebagai perbandingan kita lihat Singapura 0,1 microsievert per jam, HongKong 0,15, Tokyo 0,04, London 0,11, Beijing 0,07, Seoul 0,12, New York 0,05 dan Berlin 0,08 microsievert per jam," tambahnya.
Data penelitian bahkan menunjukkan radiasi udara tersebut sejak September 2015 bahkan sudah mencapai rata-rata hanya 0,20 microsievert per jam.
"Sebenarnya segala produk makanan dari Fukushima sudah baik semua saat ini, normal. Tinggal bagaimana kita bisa men sosialisasikan dengan baik kepada semua orang mengenai kualitas dan keamanan produk makanan tersebut agar bisa diterima seluas mungkin di dalam dan di luar negeri," lanjutnya lagi.
Penelitian itu pun terus menerus berlangsung hingga kini sebagai bentuk monitoring atas segala macam kemungkinan yang bisa saja terjadi sampai masa mendatang.
"Seperti kita ketahui dampak radiasi memang bisa 30 tahun dan sebagainya. Oleh karena itu kita monitor terus segalanya sampai masa mendatang, tidak akan ada putus-putusnya supaya semua tetap merasa nyaman dan aman untuk mengkonsumsi produk olahan makanan dari Fukushima."
Sementara itu telah terbit buku baru "Rahasia Ninja di Jepang" yang sangat menarik, informasi lebih lanjut ke: info@ninjaindonesia.com