CEK FAKTA Pilpres AS: Hampir Semua yang Dikatakan Trump setelah Hari Pemilihan Adalah Klaim Salah
Petahana Partai Republik disebut mengatakan banyak klaim yang salah setelah beberapa jam pemungutan suara pada Hari Pemilihan ditutup.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Petahana Partai Republik, Donald Trump disebut mengatakan banyak klaim yang salah setelah beberapa jam pemungutan suara pada Hari Pemilihan ditutup.
Apa saja klaim tersebut?
Pertama, CNN melaporkan, Trump secara keliru menggambarkan surat suara yang masuk sebagai penipuan.
Kedua, Factba.se menyebut, Trump secara salah mengklaim gubernur yang memimpin di wilayah basis Demokrat tidak menginginkan dia bertanggung atas perhitungan suara.
Baca juga: Update Pilpres AS 2020: Umat Beragama New York Panjatkan Doa atas Apapun Hasil Akhir Pemilu
Baca juga: Dampak Pilpres AS ke Dunia Internasional, Pengamat Sebut Lebih Baik Terpilih Biden daripada Trump
Ketiga, Factba.se menulis, Trump secara keliru menyatakan kecurangan dan mungkin tindakan ilegal tentang praktik penghitungan suara yang biasa dilakukan setelah Hari Pemilihan.
CNN kemudian melakukan cek fakta terkait semua omong kosong bahkan lusinan kebohongan lainnya terkait pemungutan suara pada Pilpres Amerika Serikat 2020 ini.
CNN menyebut, secara sistematis Trump menanamkan pada benak para pendukungnya untuk menolak sepenuhnya kemungkinan kekalahannya dari Joe Biden.
Trump juga menyampaikan pernyataan tidak akurat pada Rabu dini hari di Gedung Putih setelah pemungutan suara ditutup.
Didampingi keluarganya, Trump mengklaim telah memenangkan Pilpres Amerika Serikat dan menuduh surat suara yang dihitung merupakan penipuan terhadap dirinya.
Trump lalu 'berpindah' ke Twitter dengan membagikan beberapa cuitan dan hampir semua yang dikatakannya tidak benar.
Baca juga: Beberapa Skenario Politik Jika Trump Menolak Dinyatakan Kalah di Pilpres Amerika Serikat
Baca juga: Hasil Pilpres AS: Joe Biden Raih Suara Terbanyak dalam Sejarah, Pecahkan Rekor Obama di Pilpres 2008
Sebarapa salah?
Mulai pukul 17.30 waktu setempat, Twitter kemudian bergerak cepat dan memberi label peringatan pemeriksaan fakta atas enam cuitan Trump.
Trump tweeted : "Mereka bekerja keras untuk menghilangkan 500.000 keuntungan suara di Pennsylvania - ASAP. Demikian juga, Michigan dan lainnya!"
Faktanya, klaim ini salah.
Disktrik/negara bagian hanya menghitung suara.
Lalu, Trump menulis,"pembuangan surat suara yang mengejutkan" membuat petunjuk awalnya di negara bagian kunci "menghilang secara ajaib."
Klaim ini juga salah.
Tidak ada "kejutan" - suara, sekali lagi, surat suara hanya dihitung dan surat suara tidak benar-benar dibuang di mana pun.
Ketika pengamat politik men-tweet tentang "pembuangan surat suara," mereka tidak berbicara tentang surat suara yang dibuang.
Selanjutnya, Trump menunggah cuitan yang lain , "Mereka mencoba MENCURI Pemilu. Kami tidak akan pernah membiarkan mereka melakukannya. Suara tidak dapat diberikan setelah Pemungutan Suara ditutup!"
Sekali lagi: sepenuhnya klaim Trump salah.
Tidak ada yang mencoba mencuri apapun dan tidak ada bukti kecurangan pemilu.
Suara hanya dihitung setelah pemungutan suara ditutup, bukan diberikan setelah pemungutan suara ditutup.
Namun, bukan hanya Trump membuat pernyataan palsu pada Rabu kemarin.
Seperti yang sering terjadi selama empat tahun terakhir, dia dibantu oleh seluruh tim 'pro-Trump'.
Putranya, Eric Trump, Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany dan Manajer Kampanye Bill Stepien serta pada sekutu lainnya, membuat pernyataan yang tidak berdasar bahwa Trump telah menang di Pennsylvania.
"Ketidakjujuran telah menjadi ciri khas kepresidenan Trump sejak awal, dan itu adalah komponen utama dari kampanye pemilihan ulangnya," tulis CNN.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)