Pengamat OSCE: Tuduhan Trump Merusak Kepercayaan pada Demokrasi
OSCE atau Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa mengkritik tuduhan kecuangan Pilpres AS yang disampaikan Donald Trump
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) atau Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa mengkritik tuduhan kecurangan Pilpres AS yang disampaikan petahana Partai Republik Donald Trump.
Trump sebelumnya menyebut penghitungan suara pada Pilpres AS 2020 ini telah merusak kepercayaan pada demokrasi Amerika.
Untuk ketahui, OSCE merupakan badan yang memantau pemilu di seluruh negara Barat dan bekas Uni Soviet.
Menyoal pernyataan salah Trump, OSCE menegaskan, tidak ada bukti kecurangan pemilu dalam pemungutan suara pada Selasa (3/11/2020).
Baca juga: Leonardo DiCaprio Gelar Nobar Pilpres AS 2020, Pasang TV Layar Lebar di Lapangan Basket Miliknya
Baca juga: UPDATE Hasil Pilpres AS 2020: Joe Biden Unggul Sementara, Peluang Trump Masih Ada
Mengutip Al Jazeera, OSCE menyebut Pilpres AS atau perhitungan suara berjalan "kompetitif dan terkelola dengan baik", meski ada tantangan pandemi Covid-19.
Michael Georg Link, yang memimpin misi OSCE memberikan komentarnya dalam sebuah pernyataan.
"Tuduhan tak berdasar tentang kecurangan sistematis, terutama oleh presiden yang masih menjabat, termasuk pada malam pemilihan, merusak kepercayaan publik pada lembaga-lembaga demokrasi," kata Link.
Baca juga: 8 Fakta Pilpres AS Mirip Pilpres Indonesia, Pendukung yang Kalah Ngamuk hingga Tudingan Curang
Klaim Salah Trump, Motif Politik Pasca Pemilu
Lebih lanjut, dalam laporan awal, OSCE memperingatkan pernyataan Trump selama kampanye "dianggap oleh banyak orang meningkatkan potensi kekerasan bermotif politik setelah pemilu".
"Pernyataan seperti itu oleh presiden petahana melemahkan kepercayaan publik pada lembaga negara," tambah laporan itu.
OSCE juga menyoroti pernyataan Trump agar menghentikan proses penghitungan surat suara di negara bagian Michigan serta Pennsybania yang merupakan wilayah pertempuran penting.
Lebih lanjut, Urszula Gacek, Kepala misi pemantauan pemilu ODIHR (Kantor OSCE untuk Lembaga Demokrasi dan Hak Asasi Manusia) buka suara.
"Upaya besar yang dilakukan petugas pemilu, didukung banyak warga yang terlibat untuk memastikan pemilih dapat memberikans uara mereka, meski ada tantangan hukum," kata Gacek.
“Tapi pemilu ini belum berakhir, dan kami tetap di sini, di DC dan di negara bagian utama di seluruh negeri sampai selesai. Sangat penting bahwa setiap surat suara yang diberikan dengan benar dihitung dengan benar," tegas Gacek.