Biayanya Rp 133 Ribu Per Menit, Orang di Jepang Bebas Memukul Akira untuk Menghilangkan Stres
Dalam sehari Akira bisa mengumpulkan saat itu sekitar 40 orang yang memukuli dia sehingga penghasilan sedikitnya 40.000 yen sehari atau Rp 5,3 juta.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Ada tren baru di Jepang, yakni Nagurareya. Nagurareya adalah kegiatan yang memperbolehkan konsumennya memukul sebebasnya untuk menghilangkan stres.
Kegiatan tersebut populer sekitar 10 tahun lalu terutama di daerah Kabukicho Shinjuku Tokyo.
Pionirnya adalah mantan petinju kick-boxing Akira Hareruya (50), yang pensiun dari ring tinju lalu melakukan hal tersebut karena terbelit utang 200 juta yen saat itu.
Temannya memberikan ide untuk melakukan kegiatan Nagurare (imbuhan -ya untuk toko) dan dilakukannya di kawasan Kabukicho Shinjuku Tokyo tepatnya di sekitar lapangan Koma.
Akhirnya jadi ramai dan banyak orang ingin melakukannya.
Satu menit dengan biaya 1.000 yen atau setara Rp 133.000 setiap orang bebas memukul Akira.
Tentu saja dengan memakai pelindung kepala seperti saat latihan tinju.
Tak kurang dari wanita kantoran juga banyak melakukan hal itu sepulang dari kantornya karena stres bekerja di kantor.
Akibat kegiatan tersebut, semakin banyak orang khususnya para petinju yang menyodorkan dirinya sebagai karung tinju manusia.
Baca juga: Modus Baru Kasus Pencurian di Jepang, Pelaku Taruh Serangga di Depan Pintu Rumah Korbannya
Dalam sehari Akira bisa mengumpulkan saat itu sekitar 40 orang yang memukuli dia sehingga penghasilan sedikitnya 40.000 yen sehari atau setara Rp 5,3 juta.
Kini karena polisi melihat dampaknya bisa berbahaya bagi yang dipukuli, maka seringkali polisi meminta penyelenggara untuk menjauhkan kegiatan tersebut. Bukan larangan polisi.
Namun tetap saja di berbagai tempat ada lokasi yang menyediakan hal itu misalnya di berbagai tempat gym (tempat latihan olahraga).
Saat konsumen memukul karung tinju manusia, penyelenggara tak boleh menghindar dan harus mau dipukuli.
Baca juga: Memberdayakan Warga Lokal Lewat Wirausaha Tempe, Rintis Peluang Ekspor ke Jepang
Namun tentu seperti pertandingan tinju kadang bisa saja menghindar.
"Ibaratnya kita mesti seperti petinju bodoh yang bisa sering dipukuli lawan, sehingga lawan bisa puas karena dapat memukuli kita," ungkap Inoue, seorang petinju Jepang kepada Tribunnews.com, Selasa (10/11/2020).
Sementara itu telah terbit buku baru yang sangat menarik, "Rahasia Ninja di Jepang" mengenai berbagai hal rahasia terkait "mata-mata" ninja yang beroperasi di Jepang sejak ratusan lalu lalu, informasi lebih lanjut ke: info@ninjaindonesia.com