Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Para Ahli Pertanyakan Data Vaksin AstraZeneca

Para ahli, termasuk mereka yang bertugas di FDA dan CDC AS pertanyakan data yang dirilis AstraZeneca tentang vaksin Covid-19.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Para Ahli Pertanyakan Data Vaksin AstraZeneca
JUSTIN TALLIS / AFP
Ilustrasi vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford dan AstraZeneca, diambil pada 17 November 2020. Para ahli, termasuk mereka yang bertugas di Food and Drug Administration (Administrasi Makanan dan Obat/FDA) dan Centers for Disease Control and Prevention (Pengendalian dan Pencegahan Penyakit/CDC) AS pertanyakan data yang dirilis AstraZeneca tentang vaksin Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM - Para ahli, termasuk mereka yang bertugas di Food and Drug Administration (Administrasi Makanan dan Obat/FDA) dan Centers for Disease Control and Prevention (Pengendalian dan Pencegahan Penyakit/CDC) AS pertanyakan data yang dirilis AstraZeneca tentang vaksin Covid-19.

Dalam siaran pers pada Senin (23/11/2020), raksasa farmasi itu mengumumkan, rata-rata vaksinnya efektif hingga 70 persen.

Namun, menurut para ahli, data yang dirilis AstraZeneca tidak mengarahkan pada kesimpulan tersebut.

Baca juga: RI Resmi Teken Perjanjan Kerjasama Bilateral Vaksin dengan CEPI

Baca juga: Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca Kurang Efektif Dibandingkan Pfizer & Moderna, Tapi Ini Kelebihannya

Ilustrasi vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford dan AstraZeneca, diambil pada 23 November 2020. Para ahli, termasuk mereka yang bertugas di Food and Drug Administration (Administrasi Makanan dan Obat/FDA) dan Centers for Disease Control and Prevention (Pengendalian dan Pencegahan Penyakit/CDC) AS pertanyakan data yang dirilis AstraZeneca tentang vaksin Covid-19.
Ilustrasi vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford dan AstraZeneca, diambil pada 23 November 2020. Para ahli, termasuk mereka yang bertugas di Food and Drug Administration (Administrasi Makanan dan Obat/FDA) dan Centers for Disease Control and Prevention (Pengendalian dan Pencegahan Penyakit/CDC) AS pertanyakan data yang dirilis AstraZeneca tentang vaksin Covid-19. (JOEL SAGET / AFP)

Dr Paul Offit, anggota Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait FDA yang akan meninjau vaksin Covid-19 sebelum dipasarkan buka suara soal ini.

"Tanpa mengetahui hal ini (data), sulit untuk mengetahui pentingnya temuan mereka," kata Dr Offit.

Ketika dua perusahaan farmasi lain, Pfizer dan Moderna, merilis hasil kemanjuran mereka awal bulan ini, mereka memasukkan data yang mengarah ke hasil mereka.

Dalam siaran persnya Senin yang dikutip Tribunnews dari CNN, AstraZeneca mempresentasikan analisis terhadap 23.000 peserta dalam uji coba Tahap 3.

BERITA TERKAIT

Beberapa peserta menerima vaksin Covid-19, sementara yang lain menerima jenis vaksin atau suntikan plasebo yang berbeda.

Kemudian Dewan Ahli Independen menentukan sejauh mana kelompok yang menerima vaksin Covid-19 terlindungi dari penyakit tersebut.

Siaran pers AstraZeneca menerangkan, total 131 peserta penelitian mengembangkan Covid-19, tetapi tidak mengatakan berapa banyak dari orang-orang itu yang telah menerima vaksin Covid-19 dan berapa banyak yang tidak.

Baca juga: Terbukti dari Pengalaman Masa Lalu, Vaksin di Indonesia Berhasil Cegah Penyakit Menular

Baca juga: Selain Memilih Pengganti Maruf Amin, Munas MUI Besok Juga Bahas Fatwa Vaksin Corona

Ilustrasi vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford dan AstraZeneca, diambil pada 17 November 2020. Para ahli, termasuk mereka yang bertugas di Food and Drug Administration (Administrasi Makanan dan Obat/FDA) dan Centers for Disease Control and Prevention (Pengendalian dan Pencegahan Penyakit/CDC) AS pertanyakan data yang dirilis AstraZeneca tentang vaksin Covid-19.
Ilustrasi vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford dan AstraZeneca, diambil pada 17 November 2020. Para ahli, termasuk mereka yang bertugas di Food and Drug Administration (Administrasi Makanan dan Obat/FDA) dan Centers for Disease Control and Prevention (Pengendalian dan Pencegahan Penyakit/CDC) AS pertanyakan data yang dirilis AstraZeneca tentang vaksin Covid-19. (JUSTIN TALLIS / AFP)

Kerja Sama dengan Oxford

AstraZeneca menjalankan uji coba vaksin bekerja sama dengan Universitas Oxford di Inggris.

Juru bicara perusahaan dan universitas tidak menanggapi pertanyaan dari CNN pada Senin.

Lebih lanjut, para ahli juga memiliki pertanyaan tentang keamanan vaksin AstraZeneca.

Sebelumnya, uji coba AstraZeneca ditunda dua kali karena regulator pemerintah mengkhawatirkan dua peserta studi yang sakit parah.

Regulator kemudian mengizinkan uji coba dilanjutkan.

Secara terpisah, Dr Willia Scharffner, anggota Komite Penasihat Praktik Imunisasi CDC, yang juga akan meninjau vaksin sebelumnya mereka diizinkan di pasar juga memberikan komentarnya.

"Saya ingin mengetahui data, secara khusus tentang reaksi merugikan yang serius, yang menyebabkan uji coba dihentikan sementara," ungkapnya.

Para ahli memiliki pertanyaan lain tentang uji coba AstraZeneca.

Di antara peserta penelitian yang menerima vaksin Covid-19, ada dua rejimen (frekuensi pemberian obat sebagai terapi pengobatan-Red) dosis berbeda.

Dalam satu rejimen, 2.741 peserta menerima setengah dosis vaksin dan kemudian dosis penuh setidaknya sebulan kemudian.

Pada kelompok kedua, 8.895 peserta menerima dosis penuh diikuti dengan dosis penuh lainnya setidaknya sebulan kemudian.

Kelompok yang menerima setengah dosis awalnya 90 persen terlindungi dari Covid-19, dan kelompok yang menerima dua dosis penuh hanya 62 persen terlindungi.

Salah satu peneliti utama Oxford, Dr Adrian Hill mengatakan, akan membutuhkan (waktu)  "mungkin berminggu-minggu dan berbulan-bulan" untuk memahami mengapa dosis yang lebih rendah memberikan hasil yang lebih baik.

"Kami tidak sepenuhnya memahami itu, tetapi ada beberapa gagasan tentang bagaimana itu mungkin bekerja, dan kami sedang menjajaki itu," kata Hill kepada Becky Anderson dari CNN, Senin.

Uji coba vaksin masih berlangsung di beberapa negara dan pada akhirnya akan melibatkan kurang dari 60.000 peserta studi pada akhir tahun ini, menurut siaran pers AstraZeneca.

Saad Omer, seorang spesialis vaksin di Yale School of Medicinemencatat, kelompok dengan tingkat kemanjuran 90 persen relatif kecil, hanya 2.741 peserta penelitian.

Hasil tersebut mungkin tidak berlaku ketika lebih banyak orang diberikan rejimen ini.

Dia mencatat ketidakjelasan tentang beberapa aspek data AstraZeneca.

"Saya benci mengkritik sesama akademisi atau siapa pun dalam hal itu, tetapi mengeluarkan informasi seperti ini, seperti meminta kita mencoba dan membaca daun teh," kata Omer.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas