Kapal Induk AS Bergerak Menuju Teluk, Imbas Tewasnya Ilmuwan Nuklir Iran
Kapal induk Amerika Serikat (AS) telah bergerak kembali menuju wilayah Teluk.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Kapal induk Amerika Serikat (AS) telah bergerak kembali menuju wilayah Teluk.
Tetapi seorang juru bicara Angkatan Laut menepis perpindahan kapal induk ini dipicu oleh "ancaman" apapun setelah pembunuhan ilmuwan nuklir terkenal di Iran.
Ketegangan di wilayah itu luar biasa tinggi setelah pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan yang diduga dunia barat otak di balik program nuklir rahasia Iran.
Baca juga: Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran, Ayatollah Ali Khamenei Janji Kirim Balasan
Masih belum ada yang menyatakan bertanggung jawab atas kematian ilmuan ini. Tetapi Iran menyalahkan Israel ada di balik pembunuhan ini.
Komandan Rebecca Rebarich, seorang juru bicara Armada ke-5 AS, mengatakan kepada AFP kembalinya kapal induk USS Nimitz yang bertenaga nuklir itu tidak ada hubungannya dengan "ancaman spesifik/khusus."
"Tidak ada ancaman khusus yang memicu kembalinya Nimitz Carrier Strike Group," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Kembalinya Nimitz berpusat pada mempertahankan kemampuan CENTCOM untuk tetap siap membantu menjaga stabilitas dan keamanan regional," kata Rebarich, merujuk pada Komando Pusat AS.
Pentagon mengatakan sebelumnya bahwa kelompok kapal induk akan memberikan dukungan tempur dan perlindungan udara ketika militer menarik ribuan pasukan dari Irak dan Afghanistan pada pertengahan Januari, di bawah perintah dari Presiden Donald Trump.
Sekitar 2.000 pasukan akan ditarik dari Afghanistan dan 500 dari Irak, tersisa sekitar 2.500 di setiap negara.
Akun Twitter Armada ke-5 menunjukkan gambar-gambar sayap udara Nimitz yang melakukan operasi penerbangan di sana, pada Sabtu (28/11/2020).
Alutsista yang pembawa biasanya termasuk kapal penjelajah, skuadron perusak, dan pesawat tempur.
Kapal induk Nimitz memiliki panjang lebih dari 300 meter, memiliki kru lebih dari 6.000, dan membawa hingga 90 helikopter dan pesawat tempur.(AFP/Channel News Asia)