Sejarah Krisis Nuklir di Iran hingga Berujung pada Pembunuhan Seorang Ilmuwan
Inilah penjelasan sejarah krisis nuklir di Iran, hingga berujung pada terbunuhnya seorang ilmuwan baru-baru ini
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Iran diberikan pelonggaran sanksi karena pemerintahnya memastikan program nuklirnya akan "damai".
Selama periode waktu hubungan diplomatik yang membaik itu, Iran memberikan bukti bahwa hal itu sesuai dengan persyaratan kesepakatan dan penandatangannya memungkinkan perdagangan antar negara meningkat.
Masuknya Donald Trump
Namun pada 2018, Presiden AS Donald Trump mengumumkan dia membatalkan perjanjian tersebut karena tidak menyoroti beberapa masalah utama Amerika.
Trump mengatakan perjanjian itu tidak membatasi program rudal balistik Iran atau dukungannya untuk milisi di Irak, Lebanon, Suriah dan Yaman, yang dilihat Washington sebagai destabilisasi di Timur Tengah.
Sejak menjadi presiden pada tahun 2017, Trump telah menunjukkan kemauan yang lebih besar daripada para pendahulunya untuk bersekutu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Ia juga untuk mencari aliansi yang lebih kuat dengan negara-negara Arab yang memusuhi Iran, seperti Arab Saudi.
Netanyahu telah berulang kali memperingatkan tentang apa yang dia lihat sebagai ancaman Iran.
Pada tahun 2019, ia mempresentasikan apa yang dia katakan sebagai bukti fasilitas senjata nuklir Iran yang sebelumnya dirahasiakan.
Ia mengatakan kepada para tiran Teheran bahwa Israel tahu apa yang mereka lakukan.
Ilmuwan Nuklir Iran Terbunuh
Sudah lama dikabarkan bahwa agen Israel beroperasi di Iran, meskipun Israel dilarang masuk ke negara itu.
Pada 2012, empat ilmuwan nuklir Iran dibunuh.
Seorang pria yang dituduh membunuh profesor fisika Teheran mengakuinya di persidangannya.