Pembunuhan Massal di Borno, 110 Orang Ditemukan Tewas di Desa Terpencil Nigeria
Kelompok Boko Haram dan faksi sempalannya, Negara Islam di Provinsi Afrika Barat (ISWAP), telah melakukan serangkaian serangan mematikan di Nigeria.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Sebelumnya pada Minggu, Gubernur Borno Babaganan Umara Zulum mengatakan kepada wartawan, sedikitnya 70 petani tewas.
Dia berbicara di Desa Zabarmari setelah menghadiri pemakaman 43 orang yang mayatnya ditemukan pada Sabtu.
Zulum mendesak pemerintah federal merekrut lebih banyak tentara, anggota Satuan Tugas Gabungan Sipil dan pejuang pertahanan sipil untuk melindungi petani di wilayah tersebut.
Dia menggambarkan orang-orang yang menghadapi keputusasaan.
Di satu sisi, mereka tinggal di rumah, mereka mungkin dibunuh karena kelaparan dan kelaparan; di sisi lain, mereka pergi ke lahan pertanian mereka dan berisiko terbunuh oleh pemberontak,” katanya.
Bulama Bukarti, Analis Tony Blair Institute for Global Change, mengatakan kegagalan mengendalikan Boko Haram telah menghancurkan kehidupan dan perekonomian.
“Pasukan keamanan jelas kalah dalam perang ini,” katanya kepada Al Jazeera, menggambarkan 2019 sebagai “tahun paling mematikan” bagi pasukan keamanan Nigeria sejak kampanye bersenjata Boko Haram dimulai 2009.
Sekitar 800 tentara tewas, sebagian besar pada paruh pertama tahun lalu, dan militer Nigeria mengubah strateginya dengan memperkenalkan apa yang mereka sebut 'strategi kamp super'.
Militer menarik tentara dari komunitas terpencil dan daerah pedesaan dan mengkonsolidasikan mereka dalam apa yang mereka sebut 'kamp super' untuk mengurangi korban jiwa militer.
“Strategi tersebut berhasil mengurangi kematian militer tetapi efek sampingnya adalah militer Nigeria telah secara efektif menyerahkan kendali pedesaan Nigeria kepada para pejuang Boko Haram.
“Anda memiliki Boko Haram yang berkuasa di timur laut Nigeria dan geng kriminal yang memerintah masyarakat pedesaan di barat laut Nigeria; ini memiliki efek yang menghancurkan pada ekonomi Nigeria dan masa depan negara secara keseluruhan," lanjut Bukarti.
Berbicara kepada Al Jazeera dari Maiduguri, Vincent Lelei, Wakil Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Nigeria, mengatakan orang-orang di wilayah itu hidup dalam ketakutan yang ekstrim.
Krisis berkepanjangan telah menyebabkan begitu banyak penderitaan, begitu banyak pengungsian dan kehancuran mata pencaharian.
“Negara bagian Borno adalah negara bagian dengan tanah yang sangat bagus, ada banyak air di tanah, dan banyak tanaman tumbuh dengan sangat cepat,” katanya.
“Jika diberi kesempatan, mata pencaharian masyarakat dapat pulih dengan sangat cepat. Tapi ketidakamanan ini, masalah kekerasan terhadap warga sipil yang tidak bersenjata ini mengurangi peluang tersebut,” imbuhnya.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)