Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Dia Tiga Wanita Hebat di Balik Misi Antariksa China Mendarat di Bulan

Misi antariksa Chang'e 5 yang mendarat di permukaan bulan yang tak pernah terlihat dari bumi, merupakan keberhasilan besar China.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Ini Dia Tiga Wanita Hebat di Balik Misi Antariksa China Mendarat di Bulan
Twitter@Hua Chunying/Kemenlu China
Zhou Chengyu (24, kanan) tertawa bersama rekan-rekannya di pusat misi antariksa China. Gadis beretnis Tujia dari Provinsi Anhui itu diberi tugas jadi komandan sistem penghubung roket Chang'e-5 yang berhasil menjalankan misi pendaratan ke bulan. 

TRIBUNNEWS.COM, HONGKONG - Tiga wanita muda China memiliki andil besar keberhasilan misi eksplorasi bulan Chang'e 5, yang saat ini masih berlangsung.

Misi antariksa Chang'e 5 yang mendarat di permukaan bulan yang tak pernah terlihat dari bumi, merupakan keberhasilan besar China.

Media pemerintah di Tiongkok memuji peran ketiganya, mirip di gambaran film produksi Hollywood, Hidden Figures (2016).

Film ini menampilkan tiga ahli matematika dan insinyur wanita Afrika-Amerika yang bekerja untuk The National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada 1960-an.

Baca juga: China Berhasil Mendaratkan Pesawat Antariksa di Bulan untuk Ambil Batu ke Bumi

Baca juga: Senin Ambil Material di Bulan, Rabu Malam Pesawat Luar Angkasa Tanpa Awak China Mendarat di Bumi

Di antara tiga wanita hebat China itu ada Zhou Chengyu. Ia didapuk menjadi komandan sistem konektor roket. Usianya 24 tahun. Namanya trending di  Weibo, aplikasi media social mirip Twitter.

"Semua orang penasaran Zhou karena dia adalah wanita yang sangat muda," kata Wan Chaoran, seorang kandidat doktor di bidang teknik kimia di Universitas Pertambangan dan Teknologi China.

Ia menambahkan tidak lazim seseorang seperti Zhou yang masih sangat muda, memegang posisi penting di program eksplorasi luar angkasa China.

BERITA TERKAIT

"Laporan itu juga menunjukkan tidak adanya wanita yang diakui dalam laporan China sebelumnya," kata Wan.

“Saya berharap suatu saat media tidak perlu lagi memuat laporan khusus tentang ilmuwan perempuan. Kita semua manusia, melakukan pekerjaan yang sama,” tambahnya.

Meski disambut gembira dan penuh harapan, banyak yang mengatakan hambatan sosial terus membatasi kemampuan wanita dalam sains untuk mencapai puncak karier.

"Jika Anda melihat semua wanita yang bekerja dan belajar di bidang sains dan teknik di China, jumlah totalnya mungkin sebanding dengan pria," kata Cai Zhen (37), Associate Professor dari Institute of Microbiology di Chinese Academy of Sciences.

"Tapi angka itu turun secara signifikan ketika Anda melihat level yang lebih tinggi dari bidang apa pun," tambah Cai.

Dia mengatakan harapan masyarakat bagi wanita untuk mengabdikan sebagian besar waktunya untuk keluarga adalah salah satu batasan terbesar yang dihadapi kaum wanita Tiongkok.

Seorang ibu dari dua anak kecil, Cai bekerja sebagai peneliti mikrobiologi. Dia mengaku ada situasi menantang antara menyeimbangkan karir yang ambisius dan keluarganya.

“Saya akan melewatkan istirahat minum atau istirahat apa pun ketika saya sedang bekerja karena saya tahu saya harus sangat efisien selama sembilan jam itu,” tambahnya

Dalam laporan khusus media China, dua wanita lain yang ditampilkan jadi bagian penting misi ke bulan adalah Cui Yihan.

Ia bertugas mengelola peralatan perangkat lunak peluncuran roket. Wanit aketiga, Sun Zhenlian, direktur sistem pendukung peluncuran roket.

Cui baru saja lulus dari Universitas Sains dan Teknologi Cina di provinsi timur Anhui. Sun adalah veteran roket sistem peluncuran Long-March China.

Pada 2019, Sun menjadi topik berita ketika dia tertangkap kamera menangis kegirangan setelah roket Long-March 3 berhasil diluncurkan.

Meningkatnya representasi perempuan dalam sains Tiongkok sebagian didorong oleh meningkatnya jumlah perempuan yang mempelajari sains.

Wan mengatakan siswa perempuan di sekolahnya telah tumbuh setidaknya 10 persen dalam lima tahun terakhir. Di beberapa kelas, katanya, jumlah siswa laki-laki dan perempuan yang belajar hampir sama.

“Tapi keterwakilan di sekolah tidak sama dengan keterwakilan di tempat kerja,” ujarnya.

"Jika wanita yang mempelajari sains tidak bisa mendapatkan tawaran pekerjaan yang sama dengan pria, apakah kita benar-benar melihat perubahan sosial yang mendasar?" tambah Wan.

Di dunia, lebih banyak ilmuwan wanita yang menerobos bermacam-macam hambatan.

Jennifer Doudna, seorang ahli biokimia Amerika menemukan CRISPR, teknologi pengeditan gen. Ia menerima anugerah Nobel bidang Kimia tahun ini.

Kiara Nirghin, seorang siswa berusia 20 tahun dari Afrika Selatan, menemukan struktur molekul khusus yang mampu menampung banyak air.

Molekuk itu bisa dimanfaatkan di daerah yang dilanda kekeringan untuk menghemat air.  Nirghin adalah pemenang Google Science Fair 2016.

Pesawat ruang angkasa Chang'e 5 adalah fase kelima dari Program Eksplorasi Bulan China, yang dimulai pada Maret 2004.

Tujuan akhir dari program ini adalah untuk mengirim astronot dan membangun stasiun luar angkasa di bulan pada 2030.

Chang'e 5 diharapkan untuk membawa kembali sampel batuan bulan pertama dalam lebih dari 40 tahun.

Misi Luna 24 Uni Soviet adalah yang terbaru dilakukan pada 1976. Pesawat ruang angkasa China diharapkan kembali ke bumi dalam beberapa hari mendatang.(Tribunnews.com/SCMP/inkstonenews.com/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas