Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tahun 2021 China Tingkatkan Cadangan Kedelai, Perkuat Ketahanan Pangan Nasional

China sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia diperkirakan akan terus meningkatkan pembelian kedelai pada 2021.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Tahun 2021 China Tingkatkan Cadangan Kedelai, Perkuat Ketahanan Pangan Nasional
Newyorktimes.
Kedelai impor di pelabuhan Nantong, China. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - China telah meningkatkan rekor volume kedelai pada 2020 untuk menutupi ketidakpastian sisi pasokan, ini dipicu pandemi virus corona (Covid-19) yang terus menyebar di negara itu.

Akibatnya, stok akhir kedelai negara itu untuk periode 2019 hingga 2020 diperkirakan mencapai 26,8 juta metric ton (mt), naik sebesar 38 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Dikutip dari laman Hellenic Shipping News, Senin (4/1/2021), dalam catatan terbaru Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS), stok tersebut diperkirakan akan tetap stabil di angka 26,8 juta mt pada 2020 hingga 2021.

Sejumlah pihak meyakini bahwa pasar kedelai China saat ini mengalami kelebihan pasokan.

Hal itu karena rasio stok terhadap penggunaan mencapai 22,98 persen pada September 2020.

Sedangkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya mencapai 19,73 persen.

Berita Rekomendasi

Sementara rata-rata lima tahun sebesar 20 persen.

Terlepas dari kekhawatiran adanya kelebihan pasokan, negara ekonomi terbesar kedua di dunia ini diperkirakan akan terus meningkatkan pembelian kedelai pada 2021.

Baca juga: Harga Kedelai Mahal, Pemerintah Disarankan Barter dengan Minyak Sawit

Urgensi untuk meningkatkan cadangan strategis China terkait biji-bijian dan minyak sayur ini telah diperkuat oleh sengketa perdagangan dan pandemi Covid-19.

Sehingga, demi memperkuat langkah-langkah ketahanan pangan nasional, China pun bertekad untuk mempertahankan inventaris biji-bijian dan minyak sayur yang lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.

Sebelumnya, setelah setahun mencatat rekor permintaan kedelai, China diperkirakan akan melanjutkan penguatan pembelian biji kedelai pada 2021 ini.

Permintaan biji kedelai China yang melonjak pada tahun pemasaran Oktober 2020 hingga September 2021, telah menjadi pendorong utama kenaikan harga kedelai global sebesar 20 hingga 30 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Saat ini harganya berada pada kisaran 10 hingga 14 dolar Amerika Serikat per bushel.

Para pengamat menilai kenaikan harga itu karena negara tersebut menyumbang 60 persen dari perdagangan kedelai global.

Sementara itu, analisis dari Departemen Pertanian AS dan S&P Global Platts memprediksi permintaan kedelai China pada tahun 2020-2021 berada pada titik tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 100 juta metric ton (mt).

Beberapa Analis bahkan optimis China dapat mengimpor lebih dari 100 juta mt, karena peternakan babi di negara itu mulai menunjukkan pemulihan.

Para Analis menyebut bahwa pada kalender 2020, impor kedelai China diperkirakan mencapai 100 juta mt, meskipun persediaan babi di negara itu belum pulih sepenuhnya.

Jika tren pertumbuhan babi saat ini berlanjut, maka kapasitas produksi babi China kemungkinan akan pulih sepenuhnya pada paruh pertama tahun 2021.

Perlu diketahui, produsen dan konsumen daging babi terbesar di dunia kehilangan lebih dari 50 persen populasi babi karena African Swine Fever (ASF) yang muncul pada Agustus 2018.

ASF adalah penyakit yang sangat menular pada babi dan dapat menyebabkan kematian hewan ternak ini hingga 100 persen.

Penyakit ini pun memicu kerugian ekonomi yang sangat besar.

Setelah tindakan karantina skala besar yang dilakukan pemerintah China, lebih dari 200 juta babi akhirnya dimusnahkan.

Ini menyebabkan terjadinya penurunan besar-besaran daging babi di negara itu.

Baca juga: Harga Kedelai Naik, Tempe Langka di Pasaran, Ini Kata Indef

Menurut Konsultan yang berbasis di Beijing, MARA, sektor peternakan babi China telah menyaksikan konsolidasi yang cepat sejak akhir 2019 lalu.

Karena peternakan skala kecil digabungkan menjadi entitas besar di bawah arahan pemerintah.

Data MARA menunjukkan, pada November 2020 stok babi di negara itu naik 29,8 persen secara tahunan.

Sedangkan persediaan babi betina pun naik 31,2 persen pada tahun tersebut, sehingga meningkatkan pasokan daging babi di negara itu.

Hal ini yang kemudian membuat China sangat bergantung pada pembelian kedelai.

Karena negara itu memproses lebih dari 80 persen biji kedelai impor menjadi pakan ternak.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas