FBI Selidiki Ancaman Serangan di Gedung Capitol, Terkait Peringatan Setahun Tewasnya Soleimani
FBI AS menyelidiki ancaman 'menerbangkan pesawat ke gedung Capitol AS' pada hari Rabu waktu setempat, diduga sebagai balas denda kematian Soleimani.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Agen Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) sedang menyelidiki ancaman 'menerbangkan pesawat ke gedung Capitol AS' pada hari Rabu waktu setempat.
Ancaman ini diduga sebagai tindakan pembalasan terkait pembunuhan yang dilakukan AS terhadap Komandan Militer Tertinggi Iran Jenderal Qasem Soleimani.
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (6/1/2021), pesan 'balas dendam' itu kali pertama dilaporkan oleh CBS News, yang mengatakan bahwa mereka telah memperoleh rekaman suara berisi ancaman tersebut.
"Kami akan menerbangkan pesawat ke Capitol pada hari Rabu. Pembunuhan terhadap Soleimani akan kami balas," kata pesan itu.
Baca juga: Pilpres Amerika Serikat: FBI Diminta Selidiki Donald Trump yang Memohon Suara Tambahan di Georgia
Sumber tersebut menambahkan bahwa pihak berwenang menganggap ancaman tersebut tidak kredibel.
Kendati demikian, mereka sedang menyelidiki dugaan adanya pelanggaran frekuensi penerbangan.
Pelanggaran semacam itu menimbulkan kekhawatiran karena dapat mempengaruhi instruksi yang diterima oleh pilot.
Menurut saluran tersebut, pengawas lalu lintas udara diingatkan untuk segera melapor, setiap ada ancaman atau pesawat yang dialihkan dari lintasan penerbangan.
Baca juga: Nancy Pelosi Terpilih Kembali sebagai Ketua DPR Amerika Serikat
Sebelumnya, pada 3 Januari 2021, Iran berduka memperingati satu tahun kematian Soleimani yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak (drone) AS di Irak.
Pembunuhan terhadap Soleimani diperintakan oleh Presiden AS Donald Trump.
Pembunuhan terhadap Soleimani ini jelas telah menghancurkan Iran, karena ia merupakan seorang pejabat militer yang sangat dihormati di negara itu
Iran pun bersumpah untuk membalas dendam terksit kematian Soleimani.
Sementara itu, pemerintahan Trump menuduh Soleimani merencanakan serangan terhadap aset AS di Irak.
Beberapa hari setelah kematian Soleimani, Iran meluncurkan lebih dari selusin rudal balistik di pangkalan AS di Irak.
Serangan ini menyebabkan lebih dari 100 personel militer AS mengalami cedera otak traumatis.
Pejabat Iran juga berulang kali memperingatkan bahwa mereka akan melakukan serangan balas dendam lebih lanjut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.