Serial TV Anak di Denmark Tampilkan Animasi Pria dengan Alat Kelamin Super Panjang, Tuai Pro-Kontra
Serial TV anak di Denmark menuai pro-kontra. Serial tersebut menampilkan animasi pria yang memiliki alat kelamin super panjang.
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Serial TV anak di Denmark menuai pro-kontra di negaranya.
Pasalnya, serial tersebut menampilkan animasi pria yang memiliki alat kelamin super panjang.
Dilansir Guardian, serial itu berjudul John Dillermand.
John Dillermand tayang perdana di televisi DR pada Sabtu (2/1/2021) lalu.
Serial tersebut menceritakan tentang seorang pria bernama John Dillermand yang memiliki alat kelamin yang sangat panjang.
Namun, alat kelaminnya itu dapat melakukan berbagai aktivitas, seperti operasi penyelamatan, membuat mural, mengibarkan bendera, hingga mengambil es krim dari anak-anak.
Singkatnya, organ intimnya itu ia gunakan untuk mengatasi berbagai kesulitan dan tantangan, hingga memecahkan rekor.
Baca juga: Ustaz Felix Siauw Umumkan Serial Animasi Nussa Pamit, Kena Imbas Pandemi Covid-19
Sementara itu, sasaran penonton John Dillermand yakni anak usia 4-8 tahun.
Tak heran jika serial tersebut memicu perdebatan di khalayak Denmark.
Pihak Kontra
Banyak yang mempersoalkan tentang apa yang seharusnya dan apa yang tidak boleh dimuat dalam acara televisi untuk anak-anak.
Pihak yang kontra mengutuk gagasan karakter John Dillermand yang tidak bisa mengendalikan alat kelaminnya.
"Apakah ini benar-benar pesan yang ingin kita sampaikan kepada anak-anak, saat kita berada di tengah gelombang #MeToo yang besar?" kata penulis Denmark, Anne Lise Marstrand-Jørgensen.
Diketahui, #Metoo adalah sebuah gerakan untuk melawan pelecehan seksual dan kekerasan seksual.
Kemudian serial John Dillermand rilis, hanya beberapa bulan setelah presenter TV bernama Sofie Linde memulai gerakan #MeToo di Denmark.
Baca juga: Intip di Balik Layar Pembuatan Serial The Mandalorian Dalam Making Of Season Two
Christian Groes, seorang profesor dan peneliti gender di Roskildes University, menganggap bahwa program yang menampilkan kekuatan alat kelamin laki-laki hanya dapat menghambat kesetaraan.
"Ini mengabadikan gagasan standar masyarakat patriarki dan menormalkan 'locker room culture'..yang telah digunakan untuk memaafkan banyak perilaku buruk dari laki-laki," ujarnya.
"Ini dimaksudkan sebagai lelucon, jadi itu dianggap tidak berbahaya. Tapi ternyata tidak. Dan kita mengajarkan ini kepada anak-anak kita," tambahnya.
Pihak Pro
Di sisi lain, Erla Heinesen Højsted, seorang psikolog klinis keluarga dan anak-anak, menganggap bahwa penentang acara itu terlalu berpikiran jauh.
"John Dillermand berbicara kepada anak-anak dan berbagi cara berpikir mereka - dan anak-anak menganggap alat kelamin itu lucu," katanya.
Højsted menerangkan, serial tersebut menggambarkan seorang pria yang impulsif dan tidak selalu memegang kendali.
Dillermand juga dianggap sebagai sosok yang kerap membuat kesalahan, seperti halnya anak-anak.
Baca juga: Nick McGlashan, Pemeran Serial Discovery Channel Deadliest Catch Meninggal pada Usia 33 Tahun
Namun yang terpenting, menurut Højsted, Dillermand selalu memperbaikinya.
Højsted menganggap, Dillermand bertanggung jawab atas tindakannya.
"Ketika seorang wanita di acara itu mengatakan kepadanya bahwa dia harus memasukkan alat kelaminnya di celananya, misalnya, dia mendengarkan. Itu bagus. Dia bertanggung jawab," jelas Højsted.
Meskipun begitu, Højsted mengakui, serial John Dillermand tayang pada waktu yang tidak tepat.
Selain itu, acara tentang tubuh mungkin dianggap menggambarkan "perbedaan dan keragaman".
"Tapi ini bukan acara tentang seks. Anggap saja itu adalah proyek yang berasal dari ide orang dewasa," katanya.
Program acara di DR
DR merupakan stasiun penyiaran layanan publik Denmark.
Stasiun TV ini memiliki reputasi sebagai saluran yang kerap mendobrak batasan, terutama untuk anak-anak.
Satu di antaranya adalah serial Onkel Reje.
Baca juga: Serial Cinta Azize Bakal Menyapa Para Pecinta Drama Turki di Indonesia
Serial anak-anak ini menceritakan tentang karakter Onkel Reje yang merupakan tokoh populer.
Namun, dia suka mengumpat, merokok menggunakan pipa, dan malas mandi.
Sementara itu, karakter di Gepetto News membuat kaum konservatif marah pada tahun 2012.
Pasalnya, karakter tersebut mengungkapkan kecintaannya pada cross-dressing.
Acara Ultra Smider Tøjet juga menyebabkan kemarahan pada tahun 2020.
Acara tersebut menampilkan anak-anak berusia 11-13 tahun dengan orang dewasa yang telanjang.
Namun, Højsted berpendapat, kritik semacam itu tidak dapat dibenarkan.
“Budaya seperti apa yang kita ciptakan untuk anak-anak kita jika mereka lebih suka melihat tubuh yang 'sempurna' di Instagram, tetapi bukan 'tubuh yang nyata'?" ujarnya.
Terkait kontroversi acaranya itu, DR menanggapi kritik bahwa bisa saja pihaknya membuat program tentang seorang wanita yang tidak bisa mengendalikan alat kelaminnya.
Namun bagi DR, yang paling penting adalah anak-anak menikmati John Dillermand.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.