Sosok Ashli Babbitt, Pendukung Fanatik Trump yang Ditembak Mati Aparat Saat Demo di Capitol Hill
Contee juga mengatakan dua bom pipa ditemukan di Gedung Capitol, masing-masing di kantor Partai Republik dan Demokrat.
Editor: Hasanudin Aco
Sebelum tewas ditembak, dia sempat berkicau memberikan dukungan kepada massa yang hendak bergerak ke Gedung Capitol.
"Tidak akan ada yang bisa menghentikan kami. Mereka bisa mencoba menghentikan kami. Namun kami akan terus menyerbu. Dari gelap menuju terang!" kata dia.
Ibu mertua Babbitt mengungkapkan, menantunya itu berangkat bersama pendukung petahana yang lain tanpa suaminya.
"Saya sama sekali tidak mengerti mengapa dia sampai melakukan itu," ujar si ibu mertua kepada media lokal San Diego.
Lebih lanjut, Kepala Polisi Washington Robert Contee menuturkan ada tiga korban tewas lain dalam demo yang berlangsung rusuh itu.
Hanya saja, dia tidak menyebutkan apakah satu wanita dan dua pria yang meninggal itu ada kaitannya dengan kerusuhan.
"Ketiganya nampaknya mengalami kondisi darurat medis yang berujung pada kematian mereka," jelas Contee dalam jumpa pers.
Dia melanjutkan, jajarannya total menahan 52 orang, dengan 26 di antaranya dibekuk di sekitar Capitol Hill.
Contee memaparkan mereka dijerat dengan tuduhan melanggar jam malam, masuk tanpa izin, dan kepemilikan senjata ilegal.
Sebanyak 14 polisi dilaporkan terluka, dengan salah satunya kondisinya sangat parah karena ditarik dan dipukuli oleh massa.
Contee juga mengatakan dua bom pipa ditemukan di Gedung Capitol, masing-masing di kantor Partai Republik dan Demokrat.
WNI di Amerika
Sementara itu, Kedutaan Besar Indonesia (RI) di Washington DC mengeluarkan imbauan jam malam bagi warga negara Indonesia (WNI) merujuk pada perintah Walikota DC pada Rabu, (6/1/2021).
Perintah dari walikota ini juga berkaitan dengan kisruh pendemo Presiden Trump di Gedung Capitol yang terjadi pada dini hari.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.