POPULER Internasional: Profil Harun Yahya, Menlu Amerika Nyatakan Houthi sebagai Kelompok Teroris
Harun Yahya, sosok kontroversial yang dijatuhi vonis 1.075 tahun oleh Pemerintah Turki, ini profilnya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Berikut rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir.
Harun Yahya, sosok kontroversial yang dijatuhi vonis 1.075 tahun oleh Pemerintah Turki, ini profilnya.
Mulai 13 Januari, Jepang akan mengumumkan deklarasi darurat siaga satu (PSBB) Jepang khususnya untuk wilayah Osaka, Hyogo dan Kyoto.
Di sisi lain, analisis sebut rencana ambisius Kim Jong Un untuk menumbuhkan ekonomi Korea Utara menghadapi kenyataan pahit.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan, Washington menyebut militan Houthi yang didukung Iran di Yaman sebagai organisasi teroris.
1. Profil Harun Yahya, Penceramah Turki yang Dijatuhi Vonis 1.075 Tahun, Mengaku Miliki 1.000 Kekasih
Profil Harun Yahya, sosok kontroversial yang dijatuhi vonis 1.075 tahun oleh Pemerintah Turki.
Diberitakan Kompas.com yang mengutip BBC, Adnan Oktar alias Harun Yahya dijatuhi hukuman 1.075 tahun oleh pengadilan di Istanbul, Turki, Senin (11/1/2021).
Adnan Oktar terbukti telah melakukan kejahatan seksual.
Sementara itu, berdasarkan laporan stasiun televisi NTV, Adnan Oktar divonis lebih dari 1.000 tahun penjara karena melakukan penyerangan seksual, pelecehan seksual anak di bawah umur, penipuan serta spionase politik dan militer.
Lantas, siapakah Adnan Oktar alias Harun Yahya?
Dikutip dari laman bio.or.id, Selasa (12/01/2021), Adnan Oktar dikenal sebagai penceramah dan ilmuwan Islam.
Baca juga: Pengadilan Turki Vonis Harun Yahya 1.075 Tahun Penjara
Namanya mulai dikenal saat ia menolak teori Evolusi Darwin.
Ia membantah teori evolusi Darwin dengan menulis buku setebal 770 halaman berjudul The Atlas of Creation.
Adnan Oktar lahir di Ankara, Turki pada 2 Februari 1956.
Ia mulai menekuni agama Islam secara mendalam sejak SMA.
2. Jepang Umumkan Pemberlakuan Deklarasi Darurat Covid-19 Wilayah Osaka, Hyogo dan Kyoto
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga memutuskan untuk mengumumkan deklarasi darurat siaga satu (PSBB) Jepang khususnya untuk wilayah Osaka, Hyogo dan Kyoto pada Rabu (13/1/2021) sekaligus mengefektifkannya.
"Kita akan umumkan PSBB besok 13 Januari untuk tiga wilayah Osaka, Hyogo dan Kyoto," papar PM Suga, Selasa (12/1/2021).
Sedangkan untuk wilayah lain yang juga telah ada permintaan dari Gubernur masing-masing seperti Aichi, Mie dan Gifu masih dalam penilaian tim ahli infeksi Jepang.
Baca juga: Hasil Penelitian Inggris Ungkap Obat Actemra dari Jepang Menekan Jumlah Kematian Pasien Covid-19
"Sementara untuk Aich,i Mie serta Gifu masih terus dimonitor dan dipelajari lebih lanjut oleh tim ahli penanggulangan Covid-19 dan nantinya akan kalau ada hasil kesimpulan akan diumumkan pula," tambah PM Suga.
Berbagai wilayah tersebut saat ini dianggap telah mencapai kenaikan terinfeksi dengan level-4 yang berarti cukup bahaya penularannya. Paling bahaya adalah Level-5.
Dengan PSBB diharapkan akan turun setidaknya ke level-3 dan selanjutnya ke level-2 di masa mendatang.
3. Analisis: Rencana Besar Kim Jong Un untuk Tumbuhkan Ekonomi Korea Utara, Hadapi Kenyataan Pahit
Analisis sebut rencana ambisius Kim Jong Un untuk menumbuhkan ekonomi Korea Utara menghadapi kenyataan pahit.
Dalam sambutan yang dirilis akhir pekan ini, Kim Jong Un menyalahkan sanksi internasional serta krisi yang tidak terduga, termasuk pandemi virus corona dan bencana alam.
Mengutip Reuters, Kim Jong Un mengusulkan untuk mengurangi ketergantungan pada impor, menumbuhkan hampir setiap industri dan mereformasi cara kerja pejabat.
Namun, menurut analisis, rencana baru tersebut tidak mungkin mampu membalikkan pertumbuhan ekonomi Korea Utara yang semakin memburuk.
Baca juga: Iran Ingatkan Korea Selatan Tidak Mempolitisasi Penyitaan Kapal Tanker
Baca juga: Gaya Rambut Kiano Disebut Mirip Aktor Korea, Baim Wong: Inilah Sebab Istri Sering Nonton Korea
Sehingga, kata Chad O'Carroll, CEO Korea, Risk Group, yang memantau Korea Utara hal ini justru menyulitkan Kim Jong Un untuk memenuhi janji-janjinya yang tinggi dan "berpotensi memotong sumber daya yang tersedia untuk proyek-proyek militer yang berharga".
"(Tidak) ada minat yang jelas dalam reformasi, keringanan sanksi atau pembukaan ekonomi," katanya dalam sebuah cuitan di Twitter.
Sejak Kim Jong Un berkuasa pada 2011, standar hidup meningkat bagi banyak orang Korea Utara, karena pasar berkembang dan barang-barang konsumen menjadi lebih banyak tersedia.
Tetapi sekarang, negara ini menghadapi situasi yang paling menantang sejak bencana kelaparan di 1990-an dan proyek-proyek seperti resor wisata, zona ekonomi hingga rumah sakit besar tampaknya terhenti.
4. Pompeo Nyatakan Houthi sebagai Kelompok Teroris, Dikhawatirkan akan Perburuk Krisis Yaman
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan, Washington menyebut militan Houthi yang didukung Iran di Yaman sebagai organisasi teroris.
Sebelumnya, langkah ini telah diperingatkan oleh kelompok bantuan karena dapat melumpuhkan upaya penanganan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Mengutip NBC, dalam pernyataan yang dirilis Minggu malam (10/1/2021), Mike Pompeo menjelaskan bahwa penunjukkan militan Houthi sebagai kelompok teroris mulai berlaku pada 19 Januari 2021, sehari sebelum Presiden terpilih Joe Biden dilantik.
Baca juga: DPR Menekan Mike Pence untuk Mencopot Donald Trump, Pemakzulan Dilakukan Jika Wapres Tak Bertindak
Baca juga: Trump Memilih Tak Datang, Mike Pence Akan Hadiri Pelantikan Presiden Terpilih Joe Biden
Mike Pompeo mengatakan, dia juga bermaksud menunjuk tiga pemimpin kelompok itu, Abdul Malik al-Houthi, Abd al-Khaliq Badr al-Din al-Houthi dan Abdullah Yahya al Hakim sebagai teroris internasional.
“Penunjukan ini akan memberikan alat tambahan untuk menghadapi aktivitas teroris dan terorisme oleh Ansarallah,” katanya.
Pernyataan Mike Pompei ini mengacu pada kelompok yang juga dikenal sebagai Houthi.
(Tribunnews.com)