Kim Jong Un Tersenyum Lebar saat Korea Utara Pamerkan Senjata yang Disebut Senjata Terkuat di Dunia
Kim Jong Un tersenyum lebar saat Korea Utara memamerkan senjata yang mereka sebut senjata terkuat di dunia.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kim Jong Un tersenyum lebar saat Korea Utara memamerkan senjata yang mereka sebut senjata terkuat di dunia.
Senjata itu dipamerkan dalam sebuah parade besar di Pyongyang, Kamis (14/1/2021), Mirror melaporkan.
Tidak ada social distancing yang terlihat dalam parade itu.
Korea Utara belum melaporkan kasus virus corona yang dikonfirmasi, tetapi telah memberlakukan penutupan perbatasan yang ketat, pembatasan perjalanan domestik, dan langkah-langkah lain untuk mencegah wabah.
Korea Utara memamerkan peluru kendali balistik berbasis kapal selam (Submarine-launched ballistic missile atau SLBM) baru.
Senjata itu dipamerkan di alun-alun dengan truk.
Baca juga: Kongres Berakhir, Kim Jong Un Berambisi Tingkatkan Kemampuan Militer Korea Utara
Baca juga: Kim Jong Un Sebut AS sebagai Musuh Terbesar, Singgung Soal Rencana Kapal Selam Nuklir Sudah Selesai
Kim Jong Un hadir di acara tersebut, mengenakan mantel kulit dan topi bulu.
Ia melambai saat mengawasi pawai di Lapangan Kim Il Sung.
Dalam foto-foto yang dirilis oleh media pemerintah, parade tersebut menampilkan barisan tentara yang berbaris, serta berbagai perangkat keras militer termasuk tank dan peluncur roket.
"Senjata paling kuat di dunia, peluru kendali balistik berbasis kapal selam, memasuki alun-alun satu demi satu, dengan kuat menunjukkan kekuatan angkatan bersenjata revolusioner," kantor berita KCNA melaporkan.
Pesawat militer terlihat melepaskan kembang api formasi, kata NK News, situs web yang memantau Korea Utara, mengutip sumber di kota.
Parade itu sendiri tidak dimaksudkan sebagai provokasi tetapi merupakan tanda mengkhawatirkan dari prioritas Pyongyang, kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.
"Perekonomian sangat tegang akibat pandemi penutupan perbatasan, salah urus kebijakan dan sanksi internasional," katanya.
"Terlepas atau mungkin karena ini, Kim Jong Un merasa perlu untuk mengabdikan sumber daya yang langka untuk tampilan politik-militer lainnya."