Pria Bersenjata Renggut Nyawa 2 Hakim Wanita dari Mahkamah Agung Afghanistan
Pria bersenjata tak dikenal menewaskan dua hakim wanita dari Mahkamah Agung Afganistan pada Minggu pagi (17/1/2021).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pria bersenjata tak dikenal menewaskan dua hakim wanita dari Mahkamah Agung Afganistan pada Minggu pagi (17/1/2021).
Informasi ini disampaikan oleh aparat kepolisian setempat.
Pihak berwajib mengatakan, serangan ini menambah gelombang pembunuhan di Kabul dan kota-kota lain, sementara perwakilan pemerintah dan Taliban tengah mengadakan pembicaraan damai di Qatar.
Diwartakan Reuters, nama kedua hakim wanita yang tewas belum disebutkan.
Sopir mereka juga dilaporkan terluka dalam aksi brutal tersebut.
Baca juga: 74 Anggota Taliban Tewas saat Bentrok Lawan Pasukan Afghanistan di Kandahar
Polisi mengatakan, penembakan terjadi sekira pukul 08.30 waktu setempat.
Saat ini, kasus pembunuhan dua hakim dari Mahkamah Agung ini tengah dalam penyelidikan pasukan keamanan Afghanistan.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan, para militannya tidak terlibat dalam kekerasan tersebut.
Baca juga: Akhiri Perselisihan, Arab Saudi akan Buka Kembali Kedutaan di Qatar
Tanggapan Ashraf Ghani
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan terhadap warga sipil oleh Taliban dan kelompok militan lainnya.
Ghani mengatakan, "teror, kengerian, dan kejahatan" bukanlah solusi untuk masalah Afghanistan dan memohon kepada Taliban untuk menerima "gencatan senjata permanen".
Pejabat pemerintah, jurnalis dan aktivis telah menjadi sasaran dalam beberapa bulan terakhir.
Hal ini tentu memicu ketakutan, terutama di Ibu Kota Kabul.
Taliban telah membantah terlibat dalam beberapa serangan, tetapi mengatakan para militannya akan terus "melenyapkan" tokoh-tokoh penting pemerintah, meskipun bukan wartawan atau anggota masyarakat sipil.
Baca juga: Kaleidoskop Internasional Maret 2020: Penyelidikan Kejahatan Perang Afghanistan hingga Covid-19
Meningkatnya kekerasan telah memperumit perundingan perdamaian yang ditengahi AS, yang terjadi di Doha ketika Washington menarik pasukan.
Narasumber di kedua belah pihak mengatakan, negosiasi hanya mungkin membuat kemajuan substantif setelah Presiden terpilih AS Joe Biden menjabat dan mengumumkan kebijakan Afghanistannya.
Jumlah tentara AS di Afghanistan telah dikurangi menjadi 2.500 orang.
Menurut Pentagon pada Jumat, tingkat terendah pasukan Amerika di sana sejak 2001.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)