Runtuhnya QAnon dan MAGA saat Trump Lengser Tanpa Perlawanan
Donald Trump malah memberi pengampunan kepada aktivis Demokrat, pelobi, dan rapper bereputasi kriminal.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Donald J Trump akhirnya lengser, meninggalkan Gedung Putih. Ia tidak menunjukkan perlawanan, meski menolak hadir di pelantikan Biden-Harris, Rabu (20/1/2021).
Kepergian Trump dari Washington ke Florida Rabu pagi, sebelum seremoni pelantikan Biden-Harris dimulai, membuat kelompok pemuja konspirasi QAnon dan MAGA hancur dan kebingungan.
Laman berita CNN dan Politico, Kamis (21/1/2021), menulis, banyak di antara kaum fanatik pemuja konspirasi mengomel dan kecewa nubuatan yang mereka percayai tak menjadi kenyataan.
Trump malah memberi pengampunan kepada aktivis Demokrat, pelobi, dan rapper bereputasi kriminal. Tidak ada "patriot" di antara mereka yang diberi privilese oleh Trump.
Penangkapan massal aktivis Antifa juga tidak pernah ada. Panggung pelantikan di Capitol juga dipenuhi apa yang selalu mereka sebut politisi paling kuat di Amerika, dan para pedofil pemuja setan.
Baca juga: Buntut Kerusuhan, Polisi Capitol AS Meninggal Akibat Bentrok dengan Pendukung Donald Trump
Baca juga: Pidato Perpisahan, Trump Kembali Kutuk Aksi Kerusuhan di Capitol Hill
Baca juga: Donald Trump Dimakzulkan untuk Kedua Kalinya akibat Kerusuhan di Capitol
Ketika jam berdentang pukul 12.00 waktu Washington, 20 Januari 2021, semuanya telah berakhir. Faksi-faksi ekstrem pendukung Trump paling kuat, terguncang.
Hari pelantikan Presiden AS 2021 selama ini diyakini akan jadi momen puncak para ahli teori konspirasi online dan ekstremis di Amerika.
Pada hari-hari menjelang kepergian Trump dari Gedung Putih, pengikut online-nya menyaksikan secara histeris pengampunan diberikan ke orang-orang yang secara inheren jadi musuh kelompok itu.
Yaitu para penjahat kerah putih yang dihukum karena penipuan pajak, criminal lain termasuk pengampunan kepada Steve Bannon dan aktivis Demokrat, Kwame Kirkpatrick.
“Trump mengampuni Lil Wayne, Kodak Black, penipu Yahudi terkenal... Tidak ada pengampunan untuk kelas menengah kulit putih yang mempertaruhkan pekerjaan mereka bertarung demi Trump," kata pengguna saluran supremasi kulit putih di Telegram .
Keyakinan Ekstrem Kelompok Pemuja Konspirasi
Pembawa acara Fox News, Tucker Carlson, lantang menyatakan konspirasi telah lenyap. Ia menyebut pemimpin mayoritas Senat Mitch McConnell memaksa Trump tidak mengampuni pendiri Wikileaks Julian Assange.
Ini membuat geram garis keras aktivis MAGA. Basis anti-imigran Trump, yang telah bersamanya sejak awal mencalonkan diri sebagai presiden pada 2015, mundur ketika Trump memberikan amnesti kepada puluhan ribu migran Venezuela.
Komunitas QAnon, sebuah kelompok yang sangat berharap Trump memiliki satu cara terakhir untuk tetap berkuasa dan melawan kekuatan kegelapan yang samar-samar di Washington, jadi putus asa.
Joe Biden benar-benar menjadi presiden Amerika Serikat. Itu menjadi sangat buruk sehingga salah satu forum online QAnon terkemuka mengancam akan melarang pengguna mana pun yang memposting konten negatif.
"Ada banyak kesedihan dan kebingungan di dunia Q atas rencana yang tampaknya gagal, dan merasa seolah-olah Q meninggalkan mereka," kata Mike Rothschild, peneliti disinformasi yang mengerjakan buku tentang QAnon, kepada Politico.
"Tapi saya pikir itu akan sangat cepat berubah menjadi tekad untuk terus menempuh jalan yang telah mereka janjikan," lanjutnya.
Secara keseluruhan, reaksi di internet MAGA mengungkapkan mosaik kemarahan, penyangkalan, dan kekecewaan karena Trump mengecewakan mereka di hari-hari terakhirnya.
Tanpa pemimpin mereka untuk mengarahkan langkah selanjutnya, koalisi MAGA, kelompok militan ekstremis, kelompok pembenci ras, ahli teori konspirasi, mulai berbalik dengan sendirinya.
“Gerakan ini sekarang bisa berjalan sendiri,” kata Shane Creevy, peneliti disinformasi di Kinzen, sebuah firma analitik data yang melacak kebohongan online.
“Dengan kepergian Trump, kepalanya telah dipenggal, tetapi itu tidak berarti ini akan hilang. Pertanyaan besarnya adalah apa yang terjadi selanjutnya?” tanyanya retorik.
Sejak kerusuhan 6 Januari 2021, yang mengakibatkan lima orang tewas dan ratusan penangkapan di seluruh negeri, para influencer sayap kanan arus utama seperti Ben Shapiro dan Dan Bongino, perlahan melunak.
Alih-alih menenangkan jutaan pengikut online mereka, upaya tersebut telah menghasilkan reaksi balik. Poster-poster bertaburan di dunia maya, menyebut tokoh-tokoh terkenal ini pengkhianat karena setengah hati mendukung ‘pemberontakan’ ke Capitol.
Trump, tanpa akun Twitter-nya, kehilangan kemampuan berkomunikasi dengan basis pendukungnya. Video sambutan terakhir yang diposting di akun Twitter Gedung Putih disambut kecurigaan.
Menjelang inaugurasi Biden-Harris, para pendukung fanatik Trump, kelompok QAnon, dan milisi ekstremis masih mengulurkan harapan Trump berbuat sesuatu.
Di papan pesan terenkripsi dan aplikasi digital, pengikut memberi label 19 Januari 2021 sebagai "hari popcorn nasional".
Mereka membubungkan harapan mendapat posisi di barisan depan penangkapan massal para juru kampanye Antifa. Serta Trump diharapkan memberlakukan darurat militer.
Situasi Tegang Menjelang Pelantikan Biden-Harris
Seiring berjalannya waktu semakin dekat dengan sumpah Biden, obrolan online menjadi lebih tegang. Pengguna online yang berbeda saling mempertanyakan loyalitas di antara mereka.
Nada yang muncul semakin putus asa, mengkhawatirkan "The Storm," atau penggulingan agen deep state lewat kekerasan, tidak akan pernah terwujud.
Dalam saluran Telegram supremasi kulit putih, beberapa di antaranya memiliki puluhan ribu pengikut, kemarahan segera tumpah menjadi kebencian langsung terhadap Trump.
Muncul seruan-seruan berisi ajakan ke pengikut arus utama Trump agar menarik dukungan mereka, karena mereka telah disesatkan.
“Biarlah ini menjadi pengingat pengikut QAnon,” tulis pemosting di saluran QAnon jelang pelantikan. “Tidak ada yang datang untuk menyelamatkanmu. Tidak ada orang yang bisa mengalahkan mesin marxist jahat ini," imbuhnya.
Di tengah tuduhan dan kontra-tuduhan, berbagai bagian basis pendukung Trump mulai saling menyerang.
Pendukung QAnon mengecam kelompok milisi, mengklaim mereka bagian plot negara bagian untuk melemahkan Trump.
Kelompok fanatic konspirasi ini juga menyebut kerusuhan 6 Januari di Capitol Hill bagian upaya kudeta rumit.
Persekongkolan melibatkan pemerintah federal, kampanye Black Lives Matter, dan anehnya, China mereka sebut.
Mereka bahkan mulai menentang selebriti QAnon tertentu, seperti Lin Wood, Sidney Powell, dan Michael Flynn.
Di tempat lain, pemilih MAGA arus utama mengejek keyakinan kelompok QAnon yang tak tergoyahkan bahwa Trump adalah penyelamat.
“Itu semua adalah penipuan sejak awal. Janji dibuat dan tidak ditepati, ”salah satu pengguna memposting di TheDonald.win.
Ini situs web yang dibanjiri teori konspirasi dan seruan untuk melakukan kekerasan dalam beberapa pekan terakhir, mengacu pada gerakan QAnon.
“Kamu duduk menunggu orang lain melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang," ejeknya.
Beberapa anggota komunitas QAnon menyebut Biden akan menjalankan keyakinan yang mendasari teori konspirasi, sebuah harapan yang membingungkan.
Akhir tragis Trump yang dipuja QAnon dan kaum ekstremis akhirnya dipertajam pernyataan mantan admin 8kun, Ron Watkins.
Ia satu-satunya orang yang diduga mengetahui identitas Q yang misterius. Watkins menerbitkan postingan di Telegram yang pasrah atas takdir yang tak terhindarkan.
"Kami memiliki presiden baru yang dilantik, dan adalah tanggung jawab kami sebagai warga negara untuk menghormati konstitusi,” tulis Watkins tanpa menyebut nama Biden-Harris.(Tribunnews.com/CNN/Politico/xna)