Penjara Covid di Jerman dengan Pagar Kawat Berduri, Dibangun untuk Warga yang Melanggar Karantina
Sebuah "penjara Covid" dibuka di Jerman untuk mengurung orang-orang yang berulang kali melanggar aturan karantina.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah "penjara Covid" dibuka di Jerman untuk mengurung orang-orang yang berulang kali melanggar aturan karantina.
Dilansir Mirror, penjara yang terletak di Neumünster, di negara bagian Schleswig-Holstein itu diluncurkan bulan ini.
Narapidana akan dikurung di sana untuk memastikan mereka mengisolasi diri.
Ada 40 pensiunan petugas polisi yang secara sukarela bertugas sebagai penjaga.
Penjara itu terdiri dari enam sel di sebuah paviliun tak terpakai di pusat pelaku kejahatan anak muda.
Penjara dikelilingi pagar kawat berduri di pinggiran kota kecil di utara.
Baca juga: Jerman Akan Lebih Perbanyak Pengujian Covid-19 untuk Tangani Varian Baru Virus Corona
Baca juga: Varian Baru Covid-19 Ditemukan di Jerman, Lebih Menular? Ini Kata Ahli
Orang-orang yang dikirim ke fasilitas itu adalah orang yang tidak mengisolasi diri dengan benar setelah bepergian.
Orang yang terkena kontak berisiko tinggi atau yang telah dites yang positif juga bisa dimasukkan di sana.
Namun, otoritas lokal bersikeras bahwa orang-orang hanya akan dikurung di sana sebagai "upaya terakhir".
Harus ada bukti pelaku benar-benar melanggar karantina rumah sebelum memberikan mereka denda dan kemudian perintah pengadilan dikeluarkan.
Narapidana di penjara Covid diperbolehkan menonton televisi, memakai laptop dan ponsel.
Kamar terletak di koridor layaknya penjara, berisi tempat tidur yang nyaman.
Sementara itu, dukungan psikologis juga tersedia.
"Mengisolasi orang yang dicurigai terinfeksi di rumah mereka sendiri merupakan elemen penting dalam mengendalikan tingkat infeksi," kata Sönke Schulz, dari dewan distrik setempat, kepada wartawan awal bulan ini, lapor Deutsche Welle.
"Siapa pun yang tidak mematuhi aturan akan membahayakan orang lain."
"Tindakan perlindungan infeksi ini memungkinkan dilakukannya isolasi di fasilitas terkunci sebagai upaya terakhir."
"Seharusnya tidak ada bedanya dengan mengkarantina di rumah," tambah Schulz.
Baca juga: Polisi Gagalkan Kiriman Paket Kokain dari Jerman, Pemesannya Terancam Hukuman Mati
Baca juga: Media Jerman Klaim Varian Baru Virus Corona Muncul di Berlin Sejak November 2020
Ia menekankan bahwa pada saat pengumpulan bukti, denda dan alur perintah pengadilan, mungkin hanya ada beberapa hari tersisa dari 14 yang diharuskan untuk menghabiskan waktu di penjara Covid.
Schulz mengatakan tidak ada yang akan diminta untuk tinggal di sana lebih lama dari masa karantina normal mereka.
Peter Schröder, anggota dewan lokal di Neumünster yang bertanggung jawab atas penjara itu, mengatakan penjara itu akan digunakan lebih sebagai pencegah.
"Kami berharap upaya itu akan menjadi contoh," katanya dalam konferensi pers dalam beberapa pekan terakhir.
"Kami berharap hampir tidak ada kasus orang yang dipenjara dengan cara ini."
Dibangunnya penjara Covid-19 dilakukan setelah ada laporan serangkaian pembobol karantina di seluruh Jerman, termasuk seseorang yang dites positif sebelum naik kereta api sejauh 62 mil untuk membeli obat-obatan, menurut Bild.
Pada Mei tahun lalu, kamar-kamar di Bandara Schönefeld di Brandenburg digunakan untuk menampung para pelancong yang menolak untuk mematuhi pembatasan karantina.
Sebuah hotel di Frankfurt, di Hesse, sementara itu, digunakan sebentar sebelum ditutup karena kurangnya permintaan, menurut pejabat.
Berlin kini sedang mempertimbangkan untuk menggunakan kamar rumah sakit cadangan bagi pelanggar pembatasan rumah.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)