28 Pekerja di Pabrik Ilegal Maroko Tewas Akibat Banjir
Banjir menewaskan sekiranya 28 orang di sebuah pabrik tekstil ilegal di ruang bawah tanah vila di kota Tangier, Maroko pada Senin (8/2/2021).
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM – Banjir menewaskan sekiranya 28 orang di sebuah pabrik tekstil ilegal di ruang bawah tanah vila di kota Tangier, Maroko pada Senin (8/2/2021).
Pihak berwenang setempat mengatakan bahwa 18 orang telah diselamatkan seperti yang diberitakan Reuters, Senin (8/2/2021).
“Para korban terendam saat air mencapai kedalaman 3 meter,” kata pihak berwenang Maroko mengutip Reuters.
Diketahui, sektor tenaga kerja informal Maroko mewakili sekitar seperlima dari kegiatan ekonomi non-pertanian. Para pekerja sering kali menjadi korban dari kondisi kerja yang tidak aman.
Mengutip New York Time, Senin (8/2/2021) beberapa saksi mengatakan kepada situs berita lokal bahwa akibat banjir beberapa korban tersetrum, tetapi tidak ada konfirmasi resmi mengenai hal itu.
Kementerian dalam negeri setempat mengatakan sedang menyelidiki kasus itu.
Pemilik pabrik belum diidentifikasi tetapi menurut laporan berita lokal, pemilik pabrik tengah berada di lokasi saat bencana terjadi dan saat ini sedang dalam pengawasan medis.
Baca juga: Bisnis Prostitusi di Puncak Tetap Eksis di Tengah Pandemi Covid-19, Kawin Kontrak hingga PSK Maroko
Media berita lokal melaporkan bahwa banjir adalah masalah umum di Tangier meskipun pemerintah telah berupaya mencegahnya.
Banyak pabrik masih beroperasi secara ilegal di rumah-rumah dalam kondisi berbahaya.
Jalan-jalan di sekitar rumah tetap tergenang air setelah kecelakaan itu, dan sejumlah mobil terjebak di dalam air saat ambulans membawa korban selamat ke rumah sakit.
Seorang saksi mata yang dikutip oleh media berita lokal mengatakan bahwa ada hujan lebat di pagi hari dan tim penyelamat, dengan bantuan tetangga, telah berjuang untuk mengeluarkan mayat karena tingginya permukaan air.
Seorang anggota parlemen dari Tangier, Mohamed Khayi, selama sesi televisi di Parlemen, meminta menteri tenaga kerja, Mohamed Amekraz, untuk menyelidiki apa yang terjadi dan memastikan hal itu tidak terjadi lagi.
"Ini hari yang sangat menyedihkan bagi Tangier," katanya. “Kami berharap akan menentukan siapa yang bertanggung jawab. Ini adalah tanggung jawab kolektif kami,” lanjutnya.