Tim WHO Akan Tinggalkan China Usai Investigasi Asal Mula Virus Corona
Kelompok ahli yang ditunjuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dikirim untuk melakukan sejumlah langkah investigasi di China.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Namun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai hasil pertemuan itu.
Bagaimana dengan Institut Virologi Wuhan?
Tim dari WHO menghabiskan beberapa jam di Institut Virologi Wuhan (WIV) pada 3 Februari 2021.
Institut tersebut selama ini telah menjadi pusat perhatian dari beberapa teori konspirasi yang mengklaim bahwa kebocoran laboratorium menyebabkan wabah virus corona pertama di kota itu pada akhir 2019.
Tim ahli kemudian diberi waktu selama 3 jam lewat 30 menit di dalam fasilitas yang dijaga ketat itu.
Sama seperti kunjungan sebelumnya, tim tidak diizinkan berkomunikasi dengan wartawan.
"Pertemuan yang sangat penting hari ini dengan staf di WIV, termasuk Dr Shi Zhengli. Frank, diskusi terbuka. Pertanyaan kunci ditanyakan dan dijawab," kata Dr Daszak dalam akun Twitternya.
Dr Shi Zhengli merupakan seorang pemburu virus terkenal yang telah lama berfokus pada virus corona kelelawar.
"Sangat menarik, banyak pertanyaan," kata seorang anggota tim dari Denmark, Thea Fischer, menyampaikan dari dalam mobilnya saat melaju menjauhi lab setelah kunjungan tersebut.
Itu merupakan jawaban singkat Fischer sebagai tanggapan terkait pertanyaan 'apakah tim telah menemukan sesuatu ?'.
Tim WHO juga bertemu dengan penduduk di kawasan Jiangxinyuan di Wuhan pada 4 Februari 2021.
Menurut media pemerintah China, tim berbicara dengan beberapa diantara mereka yang telah pulih dari virus serta pekerja komunitas.
Jadi, apa yang tim WHO temukan ?
Menentukan reservoir hewan merupakan upaya yang biasanya melelahkan dan membutuhkan penelitian bertahun-tahun.
Termasuk mengambil sampel hewan, analisis genetik dan studi epidemiologi.
Kendati demikian, Dr Daszak mengatakan kepada Bloomberg bahwa tim WHO telah menemukan beberapa petunjuk nyata terkait apa yang terjadi.
"Ini adalah awal dari pemahaman yang benar-benar mendalam tentang apa yang terjadi, sehingga kita bisa menghentikan kejadian berikutnya."
"Itulah maksud dari semua ini, mencoba memahami mengapa hal-hal ini muncul, sehingga kita tidak terus-menerus mengalami kehancuran ekonomi global dan kematian yang mengerikan, sementara kita hanya menunggu vaksin. Ini bukan masa depan yang dapat dipertahankan," kata Dr Daszak.
Apa tim WHO bisa melakukan investigasi di tempat lain ? Pemerintah China tentunya berharap demikian.
"Ada sejumlah laporan media tentang kasus awal di tempat lain di dunia," kata Duta Besar China untuk AS, Cui Tiankai, kepada CNN pada pekan lalu.
Pemerintah China telah berusaha untuk meragukan anggapan bahwa virus itu berasal dari China, dengan menunjuk makanan beku impor sebagai perantara yang memungkinkan.
Namun, WHO telah meminimalisir kekhawatiran terkait bentuk penularan ini, dengan mengatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan virus corona disebarkan melalui makanan atau kemasan.
Presiden Asosiasi Industri Vaksin China, Feng Duojia, mengatakan kepada surat kabar Global Times bahwa Wuhan hanya menjadi perhentian untuk pelacakan asal virus.
"Para ahli itu tidak akan menemukan jawaban di sini. Secara ilmiah tidak mungkin, karena ada kasus yang ditemukan di negara lain bahkan sebelum wabah di Wuhan dilaporkan," kata Duojia.
Apa yang disampaikan dalam konferensi pers terkait temuan tim WHO ?
Tim WHO mengatakan dalam konferensi pers yang digelar di Wuhan, China, pada Selasa waktu setempat, bahwa hewan asli yang diduga menjadi perantara virus corona (Covid-19) belum bisa diidentifikasi.
Hal ini disampaikan setelah organisasi itu menghabiskan empat pekan di Wuhan untuk menyelidiki asal-usul Covid-19.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (9/2/2021), seorang Ahli asal China dari Universitas Tsinghua, Liang Wannian mengatakan dugaan kelelawar dan trenggiling dikesampingkan sebagai reservoir hewan untuk Covid-19.
"Virus corona yang paling terkait dengan SARS-CoV-2 ditemukan pada kelelawar dan trenggiling, menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi reservoir virus yang menyebabkan Covid-19, atas dasar kemiripan dan urutan yang tinggi antara virus standar dan SARS-CoV-2," ujar Wannian, dalam konferensi pers tersebut.
Namun, kata dia, virus yang sejauh ini diidentifikasi berasal dari spesies itu tidak cukup mirip dengan SARS-CoV-2 untuk berfungsi sebagai 'nenek moyang langsung' dari SARS-CoV-2.
Di sisi lain, seorang Ahli dari WHO yang memiliki spesialisasi dalam keamanan pangan, Peter Ben Embarek menyampaikan penyelidikan untuk mengidentifikasi asal-usul virus corona ini mengarah ke reservoir alami kelelawar, meskipun kecil kemungkinan spesies ini berada di Wuhan.
"Tidak ada bukti peredaran Covid-19 pada spesies hewan manapun di China pada akhir 2019. Belum saatnya untuk menentukan spesies hewan yang menjadi reservoir potensial untuk penyakit ini, mereka (ahli dari China) menunjukkan bahwa saat ini dan di tahun 2019 tampaknya tidak ada peredaran virus pada spesies hewan manapun di negara ini," kata Embarek.
Ia juga menjelaskan, wabah Covid-19 kemungkinan besar disebabkan oleh introduksi melalui spesies inang perantara.
Sementara kebocoran laboratorium dianggap sangat tidak mungkin memicu munculnya wabah tersebut.
"Kami mengidentifikasi empat hipotesis utama atau kelompok hipotesis tentang bagaimana virus dapat masuk ke dalam populasi manusia," jelas Embarek.
Beberapa hipotesis itu meliputi limpahan zoonosis langsung, pengenalan melalui spesies inang perantara, rantai makanan, produk makanan beku, transmisi permukaan hingga insiden terkait laboratorium.
"Temuan awal kami menunjukkan bahwa introduksi melalui spesies inang perantara merupakan jalan yang paling mungkin dan yang akan membutuhkan lebih banyak studi serta penelitian yang ditargetkan lebih spesifik," jelas Embarek.
Menurutnya, temuan menunjukkan bahwa hipotesis insiden laboratorium sangat tidak mungkin menjadi penyebab wabah ini.
Selanjutnya menurut Wannian, tidak ada bukti tersebarnya Covid-19 di Wuhan sebelum Desember 2019.
Sedangkan angka kematian di Wuhan dan kota lainnya di Provinsi Hubei pada periode Juli hingga Desember 2019, tidak mengalami peningkatan.
"Selama periode Juli hingga Desember 2019, kami telah melakukan peninjauan terhadap data pengawasan pada kematian di kota Wuhan dan kota lainnya di provinsi Hubei, itu menghasilkan sedikit bukti dari fluktuasi besar kematian yang tidak terduga yang mungkin mengacu pada terjadinya penularan SARS-CoV-2," jelas Wannian.
Ia menyebut bahwa tidak ada indikasi penularan SARS-CoV-2 pada populasi di Wuhan untuk periode sebelum Desember 2019.
"Tidak cukup bukti untuk menentukan apakah SARS-CoV-2 telah menyebar di Wuhan sebelum Desember 2019," papar Wannian.
Namun ia menuturkan bahwa virus yang menyebabkan Covid-19 ini kemungkinan telah beredar di daerah lainnya sebelum diidentifikasi di kota Wuhan pada akhir 2019.
Wannian menyampaikan, Covid-19 ditemukan di luar pasar makanan laut Huanan China pada Desember 2019.
"Sementara beberapa kasus awal itu terkait dengan pasar makanan laut Huanan, kasus lainnya terkait dengan pasar lain, dan kasus lainnya malah tidak memiliki hubungan dengan pasar sama sekali," jelas Wannian.
Pasar makanan laut Huanan memang dianggap sebagai fokus penularan virus, namun ada juga transmisi yang tampaknya terjadi di tempat lain di kota Wuhan pada waktu yang sama.
"Ini adalah penilaian dasar kami, tidak mungkin berdasarkan informasi terkini untuk menentukan bagaimana SARS-CoV-2 muncul di pasar Huanan," pungkas Wannian.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.